Jumat, 10 Januari 2014

Sarimin Stories : Cinta Itu Butuh Keterbukaan


Sarimin masih saja membalik-balik kertas kerjaannya. Dahinya mengerut, , mulutnya monyong mirip ikan arwana kena bibir sumbing. “Huft…” Gerutunya sekali-kali di sela-sela kerjanya.
Kring.. Smartphonenya yang tepat disebelah pantatnya berbunyi. One Message. Tulisan dalam layar smartphone itu.
“Siapa lagi ini….”
“Masa aktif kartu anda tinggal setengah jam lagi . pastikan anada segera mengisi pulsa atau hape anda akan meledak” Bunyi pesan yang ternyata dari Operator Lokal Zimbabwe.
“Hah, operator sialan… Iya, gue bakal isi ntar kalo kerjaan dah selesai. Lagian, nyari counter Hape di Zimbabwe susah tahu…” Gerutu Sarimin yang ternyata tenaga kerja asing di Zimbabwe.
Kring… smartphone nya sekarang tepat di sela-sela keteknya kembali berbunyi.
“Apa lagi sih….?” Sarimin kembali menggerutu.
“Jika anda mengisi pulsa hari ini dengan pulsa 50.000 anda akan mendapat bonus poin 500. Ketentuan ini berlaku kelipatannya. Dan jika Anda tidak ingin mengisinya, maka poin anda menjadi -500. Anda berhutang, besok kami tagih…” Bunyi pesan kedua dari operator Zimbabwe yang lebih mirip kayak rentenir MLM. Dan sarimin gondok.
“Tahu begini, mending gue ganti kartu aja… gue pake esia hidayah aja kali ya… eh, emang di Zimbabwe ada…?”  Tanya sarimin pada dirinya sendiri dan suasana mendadak hening.
“Bunyi sekali lagi… gue telen loh…” Maki Sarimin kepada smartphonenya.
Dan benar saja… Kring… Smartphonenya kembali bordering, yang ini malah lebih keras.
Sarimin gondok, gondok 3 kg malah. Pucat pasi, lemah, letih lesu, itu gejala anemia. #Mikir
Yang jelas sarimin gondok banget… bukan karena dia harus nelen smartphonenya yang segede “wungkal”, tapi lebih karena isi pesan ketiga yang masuk di HP-nya.
Pesan dari Sarinah, kekasih jauhnya….
***
Hampir setiap saat, sarimin selalu menyiapkan segalanya yang terbaik untuk setiap momen pertemuannya.
“Ingat, kita jarang begini loh… “ seru hatinya mengingatkan sarimin tiap kali mau bertemu sarinah.
Senyum terbaik, pakian terbaik, dan kejutan-kejutan kecil yang selalu sempat sarimin siapkan untuk kesempatan emas ini.
Jangan pernah menggerutu di depannya. Pastikan, kita selalu siap untuknya.
Itu peraturan tidak tertulis Sarimin yang terpatri mantap dalam ruang otaknya yang lembek, berlendir, dan ngeres. #CuciOtak
***
Setelah sarimin terbang berjam-jam dengan maskapai Beruk Zimbabwe Air, sampai juga Sarimin di Kosta Rika. Eh, ternyata ke “bablasan terbangnya”. Akhirnya sarimin puter balik dan mendarat di Cilacap.
*hening* *mikir keras*
Tanpa basa-basi istirahat segala macem, Sarimin langsung menuju tempat ketemuan favorit dengan kekasih jauhnya, Sarinah. Warung kopi Mpok Leha…
 Hampir sejam Sarimin menunggu dengan gelisahnya, pikirannya menjalar, dan celananya basah. *loh…
“tukang ojek langganan pun bakal ngeluh kalo sampe nunggu selama ini…” gerutu bayangan Sarimin yang di sebelah kiri.
“Eits, ingat peraturan… jangan ngeluh…” sindir bayangan sarimin yang di sebelah kanan. Sarimin tunduk.
Kegelisahan sarimin bukan tanpa alasan. Saat ini dia sedang mengorbankan banyak hal, meninggalkan kesibukannya, dan sakit yang belum terlalu sembuh juga ia tahan. Baginya ini pengorbanan, pengorbanan dengan menutupi kerapuhannya. “Gak papa….” Bisik Suara kuat hatinya.
Tak lama setelah kegelisahannya lewat, munculah apa yang selama ini ditunggu-tunggunya. Itu dia kekasihnya, perfeksionis selintas orang melihatnya pasti bakal meinilai demikian. Dari cara berpakainnya, asesoris yang dipakainya, dan Rambut hitam panjang lurusnya tersibak angin saat dia turun dari bajaj langganannya. #Jleeb #Telak. Dan sarimin keselek… *koma tiga bulan*
“Sayang langsung cabut aja yuk… Bosen disini mulu, kopi bikinannya Mpok Leha gak ada variasinya…” Sapa sarinah pertama tanpa basa-basi kepada sarimin. Mendengar ajakan kekasihnya Sarimin tunduk nurut, dan Mpok Leha serangan jantung. #Tragis
 

***
Akhirnya, sarimin dan sarinah berniat menghabiskan waktunya dengan belanja-belanja di Pasar Pagi. Eh, ternyata pasarnya sepi, setelah mereka menyadari sekarang jam 3 sore. #CuciOtak
Untung ada pepatah “Banyak Pasar di Kota Roma”. Fix, sarinah berbelanja dengan sadisnya di salah satu mall paling happening di kota itu. Sarinah dengan lenturnya berleok-leok nikung dari satu stand pakaian satu ke stand pakaian lainnya. Ada saja yang dibelinya, dan luar biasanya sarimin tunduk mengikutinya. Hampir tiga kali mereka berkeliling di lantai 2 dan tanpa sadar mereka sedang latihan thowaf di mall itu.
*hening*
Sarimin stress, pikirannya kalut, bebannya nambah, dan tingkah laku sarinah semakin menggila ketika melihat sepatu dengan warna merah itu.
“Sayang, lihat sepatu ini nyolok banget deh…” kata sarinah dengan binal-nya.
“Kamu suka…? Udah ambil aja…” jawab sarimin dengan tidak antusiasnya.
“Iyah saying, tapi…. Gak pas di Hati…” dengan nada manjanya.
“Allohuakbar sayang….. itu sepatu…. Sepatu itu pasnya di kaki bukan di hati….” Tanpa sadar Sarimin nyolot.
“Loh, kok kamu emosi.. kamu dah gak sayang ama aku… kamu….”
“Kamu tuh gak ngerti kondisi aku, gimana akau sekarang, kita sudah berapa lama begini, dan kamu tetep gak ngerti…”
“Oh jadi Kamu…. Ka ka mu…” Sarinah dengan terbata.
Pllaaaaaaaakkk….
Tangan sarinah menghujam deras pipi Sarimin dengan jegernya.
“Banguuuuunn….. udah jam 7 pagi Min…” Teriak ibunya.
Dan ternyata itu hanya mimpi dan ternyata juga itu tamparan ibunya. Owh, pantesan aja tangannya bau kunyit…
*hening* Sarimin bangun dengan tragis dan kepalanya penuh dengan hal-hal yang mejalar sampai ke perasaannya tentang kekasih jauhnya, Sarinah.
Bersambung...
###
Yess, thank u dah mau baca sampai akhir cerita yang masih terkesan maksa. Maklum dah lama gue gak nulis cerita, jadi sedikit kehilangan “sentuhan”. Fine, gak papa gue siap kembali ke jalur lagi kok..

OkE, ini dia nih “The First Sarimin Stories” satu sesi khusus dalam draft blog gue yang mengkisahkan kehidupan sarimin dengan segala dilemanya. Gue mencoba berbagi kisah, dan diakhiri cerita gue tutup dengan renungan versi gue. ya, semacam menghadirkan pesan dengan cara yang sedikit berbeda. Ya, mungkin udah ada beberapa blog yang menghadirkan gaya tulisan model-model begini. Dan gue suka cara penyampaian model begini..
Langsung saja, dari cerita diatas terlihat betapa Jujur dan Komunikasi yang baik adalah kunci dari hubungan yang sehat. Sarimin yang terkesan menutup-nutupi keadaannya seolah-olah menegaskan dirinya itu siap berkorban untuk segalanya dan mengacuhkan kondisinya sendiri.

Biasanya Model hubungan yang macam begini kalo berakhir bisa berakibat galau yang gak gampang diilangin loh. Salah satu pihak bakal mikir apa yang ia perjuangin dulu, dan melihat balasannya dengan kata “putus” waow.. mati penasaran mungkin kata yang pas untuk menggambarkannya..
Bisa saja Sarimin bakal ngomong gini “ Oh jadi ini yang gue dapet dari usaha gue selama ini….” Ini kalimat galau jahanam guys.

So, buat kamu “Pasangan” yang ingin sehat hubungannya ya harus terbuka satu sama lain. Sarinah juga salah kenapa pertama ketemu dia cuek banget.. Tuh, saling pengertian juga hukumnya “Fardhu ‘Ain”
Jujur aja kalau kamu sebenernya lagi ada masalah..
“Sayang, aku tuh sebenernya lagi gak enak badan loh..” , “Sayang, keuangan aku lagi limit banget..”, atau “Sayang, aku suka deh sama emba-emba yang tadi lewat pake sepeda yang stang-nya dibalik…”
(*contoh ketiga jangan ditiru. Hanya professional yang dah minta diputusin)

Dan feedbacknya tentu perhatian dari pasangan. “Oh gitu ya, yaudah deh istirahat aja yah…”, “Iyah beb, aku juga Cuma mau beli cilok aja beb..”, atau “Kalau kamu kayak gitu, Kita main bacok-bacokan aja yuk beb..”
(*Gue udah bilang jangan ikuti contoh ketiga kalau belum professional)

Cukup jelas kan guys, untuk cerita kali ini kan. Oke, thank u banget deh buat kamu yang masih nyempetin baca sampai kalimat ini. Next time, gue bakal munculin lagi Sarimin-sarimin yang lainnya… Ya, gue tahu banget, kalian nunggu banget episode cerita yang Sarimin pergi ke Pasar kan… (*Topeng monyet dong)
Sekali lagi thank u and see u next post… Enjoy guys.
*nunggu bajaj langganan*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar