Selasa, 26 Oktober 2021

Pesan Maaf untuk Sahabat

 Selamat malam,

Bagaimana kabarmu ? Sahabatku ?

Semoga kamu dalam keadaan baik-baik saja. Kau tahu pandemi ini sangat menyiksaku, aku frustasif melihat keadaan ini, hidup serba terbatas, serba diatur, prokas prokes prokas prokes ! Tapi ada yang lebih aku khawatirkan. Keadaanmu !

Aku yakin kamu pasti tidak percaya. Hehee

Tapi aku mohon sekali ini saja beri aku kesempatan untuk kamu percaya. Sekali saja. Aku mengkhawatirkanmu. Titik.

Jadi aku ulangi sekali lagi pertanyaanku. Bagaiamana keadaanmu ? Baikah ? Sehatkah ? Semoga kamu salah satu dari sekian juta orang yang selamat dari wabah ini. Amiin.

Oh ya, kamu ingat kapan terakhir kita ketemu ?

Ah pertanyaan bodoh. Maaf aku salah mengajukan pertanyaan yang pasti jawabannya sudah kamu lupa.

Jika pertanyaanya, kamu ingat kapan terakhir kita bertutur sapa dalam chat, dm atau sejenisnya ?

Keledai ! Kenapa mengulang pertanyaan bodoh yang serupa. Sudah pasti dia tidak ingat lah boy !

Barangkali sudah terlalu lama semuanya berlalu aku sampai malu harus memulai dari pertanyaan-pertanyaan apa yang bisa membuat kita bisa cair mengobrol. Tanpa mempersoalkan hal-hal kacau yang telah kita lalui. Bisa gak sih kita seperti manusia normal kembali, seperti dua orang sahabat yang saling berkomunikasi secara wajar, saling melihat status harian satu sama lain, saling mensuport kehidupan satu sama lain. Bisa kan ? Bisa dong. Pliis.

Oke mungkin permohonanku terlalu naif setelah apa yang pernah aku lakukan kepadamu sahabatku. Entah sampai kapan aku mengucap seribu, sejuta, semiliar, setriliun maaf untukmu. Lebay ! Tapi demikian adanya. Bahwa aku ingin kamu sebagai sahabatku memaafkan segala kekhilafanku. Sungguh aku dalam masa-masa yang sulit waktu itu. Aku hanya tidak ingin kamu ikut terjebak dalam kubangan lumpur kesulitan itu. Biarkan aku sendiri yang menanggungnya, dalam kesendirian, dan memastikan kamu tetap dalam zona nyamanmu dengan kehidupan barumu.

Barangkali kamu tidak mengetahuinya, dan mungkin tidak pernah ingin mengetahuinya. Tapi kehidupanku setelah ayah pergi, sangat sulit, dihadapkan pada persimpangan-persimpangan hidup yang rumit. Yang aku ingat saat itu aku mempersibuk diri dengan komunitasku, menulis buku yang aku yakin tidak akan pernah sebagus sebelumnya, mengajar yang tidak sesemangat biasanya, dan benar sejatinya aku sangat kosong dan hampa berjuang sendirian. Tapi kemudian teringat, bahwa kamu tidak boleh ikut merasakan terpuruknya hidupku hari itu. Bersitku, kamu harus bahagia tanpa perlu repot-repot memikirkan titik terendah hidupku.

Maaf sahabat,

Aku yakin kamu pasti menghakimi aku sebagai orang yang paling tega, paling menyebalkan, atau bahkan pembunuh berdarah dingin yang tidak punya perasaan. Apapun penghakiman yang kamu berikan, aku siap atas semua tuduhan-tuduhan itu, bahkan jika tuduhan itu kamu publikasikan di media masa sekalipun aku rela jika itu kamu yang menulisnya. Silahkan, aku hanya ingin meluruskan lagi bahwa situasiku sangat sulit, sangat sangat sulit. Untuk kedua kalinya, aku mohon percayalah padaku tentang ini.

Maaf sahabat,

2021, mungkin sudah terlalu lama untuk menulisnya. Tapi umur yang semakin menua, menjadi orang tua, memiliki anak membuat aku semakin menyadari bahwa segala salah salama apapun harus selalu diperjuangkan maafnya. Aku tidak ingin kesalahan serupa menimpa pada anak-anakku. Sahabatku jika engkau sepakat denganku, aku mohon berikan maaf untukku. Beri komentar tulisan ini, atau kirimi aku email, bahwa kamu memaafkanku. 

Meski aku sadar bahwa tulisanku ini dibaca olehmu sangat kecil. Mungkin hanya nol koma sekian persen kamu membacanya. Dan bahkan ketika membacanya kamu akan berpikir ratusan kali untuk memaafkan dan menuliskannya. Tapi dari sekian kemungkinan kecil tersebut aku berharap kamu melakukannya. Lagian aku aneh mana ada manusia zaman sekarang yang baca blog, disaat segala yang instan dan menghibur hanya bisa dengan dilihat dan didengarkan tanpa dibaca. 

Maaf sahabatku,

Jika kamu membaca tulisan ini, maaf ya tulisanku sudah menghabiskan waktumu yang seharusnya dihabiskan untuk merawat keluargamu. Maaf ya. Assalamualaikum....


Selasa, 16 Maret 2021

Blog adalah sebaik-baik rumah untuk kembali

Aku kembali !

Hallo, selamat pagi ! Assalamualaikum !

Well, parah kelamaan banget ya aku gak buka blog ini lagi. So sibuk banget. Norak. Hahaha. Tapi mau sesibuk apapun aku, bagiku blog ini sudah seperti rumah. Rumah, yang ketika ditinggal sejauh apapun oleh anak ABG labil, dia akan tetep pulang kalau laper.

Shit, lama banget gue off. Jari-jemariku sampai agak kaku untuk hanya sekadar mengetik opening sebuah postingan blog. Kelihatan sekali kalau saya memang bukan penulis profesional dan selamanya akan begitu mungkin. (Buktinya nulis buku dua gak laku-laku amat)

Skip.

Asli gue gak nyangka dengan segala perubahan yang saat ini aku alamin di kehidupan sekarang. Bener-bener ya yang namanya hidup itu misterius banget. Dulu orang bebas beraktivitas kemana-mana, sekarang lu enggak. Dulu orang kumpul-kumpul sesuka hati, sekarang kumpul udah kaya satu jalan untukmenjemput mati. Dulu masker hanya untuk orang medis, sekarang semua orang dimana-mana memakainya. Dan, dulu gue susah mati mempertahanin hubungan hampir dua tahun sama seseorang, sekarang aku nikah sama orang yang baru dikenal hanya 6 bulan.

Hidup.

Sekarang umurku 26. Iya tua ! mau ape lu ?! Canda tua. Semakin kesini semakin banyak hal yang aku temui. Fase umur dimana Allhamdulillah aku sudah nemuin pekerjaan yang gue bisa stay lama disitu. Nemuin pasangan yang pas, atau kata anak zaman sekarang pasangan yang sefrekuwensi. (Eh bener gak sih nulisnya, mohon dikoreksi ya ). Dan.. diumur ini Allah ngasih aku amanah anak yang sangat lucu.

Bisa dibilang alur hidup gue untuk saat-saat ini ya hanya kantor-rumah, kantor-rumah, kantor-rumah gitu terus sampai kiamat. Jenuh ? Kadang, tapi ya mau giamana lagi sih. Ada istri yang harus gue nafkahi. Ada anak yang harus disusui. Ada beras yang harus dibeli. Ada minyak goreng, susu bendera, teh Jawa, ketjap Kentjana yang harus aku adopsi tiap bulannya. Jiaaah... khas banget ya problem manusia dewasa. Tapi aku bersyukur banget sih, bagaimanapun juga ini adalah amanah yang harus gue jaga dan gue syukuri.

 Dan bener-bener... gue gak nyangka banget sih asli aku bakal secepat ini ngerasain fase ini. Padahal due gue zaman masih kuliah, zaman bapak masih hidup. Aku berkelakar sama bapak “Pak, aku besok nikah umur 27 aja lah.” “Ya terserah kamu, kan kamu yang jalanin.” Jawab bapak tenang. Lalu umur 25 gue udah kawin. Nyesel gue....

Harusnya umur 21 nikahnya.

Canda.

Serius deh banyak banget hal-hal yang gue gak nyangka sebelumya deh. Termasuk nih jarak gue nikah dengan my-ex itu hanya hitungan hari. Gak ada angin, gak ada hujan, gak janjian, gak lomba cepet-cepetan. Hitungan hari. Seneng aja gitu lihatnya. Kita sama-sama sudah menemukan orang yang tepat, setelah sekian luka-luka lama yang mungkin belum mengering. Tapi semoga itu adalah obat. Amiin.

Kerjaan. Juga apalagi, abdi negara adalah hal yang paling gak nyangka bakal gue dapetin. Kuliah empat tahun, lulus masih moratorium, yang artinya bener-bener gak ada kesempatan untuk nyoba bersaing. Wiyata 4 tahun, lalu ada pengumuman recruitment dan gue nyoba untuk pertama kalinya dengan sistem seketat itu Dan gue harus bersaing head to head dengan cewe sekelas gue waktu zaman kuliah, dan dia secara prestasi akademik selalu ada di atas gue, rajin, ulet, bertanggung jawaban dengan kerjaan berbanding terbalik dengan gue, lalu gue yang Lulus. Udah. Antara seneng dan sedih bahwa gue lulus dengan sekaligus mengubur mimpi teman gue sendiri. Hidup orang dewasa memang keras.

Gak ada yang nyangka bakal seperti ini bener-bener deh

Banyak banget hal-hal lain yang mungkin akan jadi berlembar-lembar halaman untuk gue menceritakan hal-hal tak terduga di kehidupanku sekarang. Dan.. saat di fase inilah gue mulai mengalami jenuh bersosial media. Saat dimana gue membuka sosial media hanya untuk sekadar melihat postingan berita, gosip artis pelakor, ujaran kebencian, postingan hoax, dan postingan jokes bapak-bapak di grup whatsapp keluarga. Semenjenuhkan itu teman-teman. Makannya gue sekarang jarang banget yang namanya post status di sosmed yang circel gue gak aktif-aktif amat disitu.

Tapi dari sekian hal yang menjenuhkan itu satu hak yang masih gue nikmati dari sosial media yang sejak 2009 sudah gue buat adalah; aku melihat banya teman-temanku dan orang-orang yang pernah dekat denganku kini sudah bertumbuh dengan baik dengan kehidupannya masing-masing. Saya sering senyum-senyum sendiri melihat postingan mereka, sekadar memberikan like pada postingan mereka seakan ingin menunjukan bahwa aku sangat senang dengan pencapainmu sekarang. Iya sekadar like, karena kolom comment tiba-tiba menjadi wadah yang terlalu canggung untuk dituliskan untuk orang-orang yang sudah lama tidak berkabar.

Praktis bisa dibilang hampir bisa dipastikan beranda sosial mediaku sekarang dipenuhi postingan teman-teman yang menikah, memiliki anak, wisuda untuk jenjang kuliah yang kedua, mendapatkan pekerjaan yang nyaman, dan hal-hal kebanggaan manusia dewasa lainnya. Semua postingan mereka seketika membuat segala bayangan masa lalunya sudah hilang seketika. Bahwa masa lalu hanya tinggal sejarah. Segala khilaf dan salah sudah mendapatkan maaf. Karena melihat mereka menemukan kebagiannya, aku juga ikut kesawaban  bahagianya mereka.

Sesederhana itu teman-teman.

Aku kira tulisanku ini ngalor-ngidul gak karuan ya. Harap maklum sudah saking lamanya gue gak nulis. Sekarang aku ingin mulai memberanikan diri mulai menulis lagi. Aku belum mau terburu-buru terobsesi menulis buku lagi. Malu, menulis blog saja masih terbata-bata gini. Hikz

Baiklah anggap saja ini pemansan. Dari sekian banyak tulisan-tulisan yang mungkin kedepan akan saya lakukan. Semoga. Akhir kata, lewat blog ini aku juga ingin berkabar kepada para pembaca setiaku tentang kehidupanku sekarang.

Iya, untuk para pembaca setiaku. Tidak khusus dan tidak istimewa untuk siapa.Tulisanku berhak dibaca oleh siapapun dan dengan tanpa ada tendensi apapun. Sekian. Wassalamualaiakum ...