Hay,
gue balik lagi nih. Setelah dua postingan awal bulan ini yang berasa galau.
Sekarang gue hadir dengan postingan yang semoga bisa menambah wawasan ke-radio-an
kamu. Yoi, gue dah lama nih gak posting yang radak serius dikit. Maklumlah,
namanya juga blog kesasar.
But now, gue bukan mau ngasih tips. Gue Cuma mau
berceloteh tentang jenis-jenis pendengar radio. Ternyata selama gue jadi juru ‘koar-koar’,
gue amat-amatin pendengar itu macem-macem jenisnya.
Jadi,
ada pendengar radio yang gue lihat tuh ‘setia’ banget. Hampir di setiap acara
Radio, doi selalu ‘gabung’. Dari acara yang paling pagi, acara siang, sore,
malam selalu ikut ‘sms’ buat salam-salam dan request lagu terus. Pokoknya, mereka terus aja begitu sampai
kiamat...!
Gila,
tuh orang setia banget ya. Kenapa sih mereka bisa begitu ? apa mereka dirumah
belum punya TV ? mereka gak punya kerjaan ? sampai pada akhirnya gue
berkesimpulan : setia dan gak punya pekerjaan itu beda tipis.
Terus,
yang ada yang lebih aneh lagi. Ada beberapa jenis pendengar yang setiap hari
sms mulu, dan isi smsnya selalu sama, request lagunya sama juga. Keadaan
seperti ini dalam bahasa prancis biasa dikenal dengan istilah ‘Plek jiplek pada bae isine, ra ana bedane..’
Contoh
sms-nya begini : Hay, aQ Andika. Mo kIRim
caLamNYA buat siti, supri, bejo, dan paikem. AQ juga req lagunya ya, Republik –
Selimut Tetangga. bUat Dj-nYa mAKaciiiih...
Duh
mata gue pegel baca sms alay gini. *kucek mata*
Tuh,
mau acara apa aja. Mau yang siaran siapa, smsnya begitu aja terus. Eh, coba deh,
gue pengin nemuin satu momen sehari
aja ‘mereka’ gak sms. Ternyata, sampai saat ini, sampai gue nulis postingan ini
masih aja sms begitu tuh orang.
Mungkin
kalau setiap hari selalu gabung, gue sih seneng-seneng aja ya. Asal, isi
sms-nya beda. Lah, ini isinya selalu sama. Gue jadi mikir, selain setia,
ternyata mereka juga terindikasi gila...! Oke, kalem, jangan emosi. Orang gila
memang selalu ngeselin.
*hening*
Nah,
ada lagi nih pendengar yang biasa-biasa aja. Gak musti gabung tiap hari.
Mendengarkan radio hanya diwaktu-waktu senggang saja. Gue sempet nanya-nanya
sama beberapa pendengar jenis ini.
Pendengar
pertama, gue tanya “Sob, lu paling sering dengerin radio tuh kapan..?”
“Gue,
biasanya kalau lagi ada waktu luang aja sih.. gak musti deh..”
Pendengar
kedua, juga ikut gue tanya. “Eh, lu paling seneng dengerin acara apa sih..?”
“Acara Cap Cus Cin..!” Jawab dia tegas. “Iya
acara gosip artis diradio itu loh, maklumlah. Biasa gue kan cewek. Jadi radak rumpi
gimana gitu..”
Gue
manggut-manggut.
Kemudian
gue tanya lagi, kali ini sama pendengar ketiga. “Kalau lu coy. Suka dengerin
acara apa di radio..”
“Owh,
kalau gue biasanya suka acara yang hipnotis-hipnotisan gitu deh, terus
ditanyain kehidupannya, dan aibnya kebuka semua..”
“Eh,
itu acara Uya Kuya kampreeeeeeeet....!” Gue kesel. “Itu adanya di Tiviiii..!”
*jejelin mic*
Yaudah
deh, yang jelas mereka bukan pendengar radio yang ‘fanatik’, mereka hanya
mendengarkan radio pada acara dan moment
tertentu saja.
Nah,
ini dia intinya, setelah dari tadi kebanyakan basa-basi ampe basi beneran.
Jenis pendengar radio versi serius (baca: bukan versi becandaan) itu ada dua
tipe. Yaitu, pendengar Fun Listener dan Old
Listener.
Apa
itu Fun Listener ?
Fun, artinya senang. Dan Listener
adalah pendengar. Jadi, Fun Listener
adalah pendengar yang seneng. Ini dah kayak lebaran aja yak seneng-seneng
segala. Eits, tapi bukan itu maksudnya.
Oke
gue serius. Fun Listener adalah
pendengar radio yang mobile, sambil
lalu, tidak fanatik, selalu scanning,
meminda-mindah gelombang radio mencari musik atau informasi yang dia sukai,
lalu pindah lagi.
Iya,
yang jelas ini tipe pendengar yang suka banget pindah-pindah gelombang.
dikit-dikit pindah, dikit-dikit pindah. Ini radio apa kontrakan sih
pindah-pindah mulu.
Pendengar
yang satu ini biasanya hanya mencari radio yang sedang memutar lagu saja.
Begitu lagunya selesai, pindah ke gelombang lain. Mereka suka radio yang banyak
memutar lagu dan sedikit iklannya.
Next, jenis pendengar yang kedua adalah Old Listener. Apa itu Old Listener..?
Simpel
saja, Old artinya Tua. Dan Listener artinya pendengar. Old Listener, pendengar yang berumur
tua. Jadi yang dengerin radio itu orang-orang yang sudah tua, gak ada kerjaan,
tinggal di panti jompo, dan pastinya orangnya dah pada bau tanah. *eh
Sayangnya,
definisi itu gue tulis pas gue kemasukan roh jahat. Jadi, maaf ya kalau artinya
aneh, gila, dan bernada emosional ngajakin ribut penghuni panti jompo.
Maaf-maaf mbah, pissss ya...
*nyengir
kuda*
Sekarang
gue dah stabil, sekarang gue lagi kemasukan roh Lary King[1]
jadi ngomongnya harus bener. Old Listener
adalah pendengar radio yang setia,
fanatik,dan sangat mengenal sebuah radio. Mengenal penyiar-penyiarnya, senang
telepon, sering SMS, datang ke studio, bahkan mengenal jam-jam siaran, acara,
sampai hafal dan mengenal siapa penyiarnya.
Bahkan
saking mengenal penyiarnya, gue curiga jangan-jangan mereka tahu berapa ukuran
sepatunya, apa makanan favoritnya, kapan tanggal jadian pertamanya. Ini
pendengar apa pacar sih, serba tahu banget. Heran deh....!
*hening*
Old Listener bisa gue sebut sebagai pendengar tipe
fanatik garis geras. Yak, ini persis kayak suporter bola. Setia banget, dari
pagi, siang, sore, sampai malem, mereka setia dengerin acara satu stasiun
radio. Jangan heran, jika mereka hafal acara-acara radio dan konten acaranya.
Jenis
pendengar ini kadang suka bikin kelompok fanbase
pecinta radio. Dalam satu waktu suka ngumpul-ngumpul, dateng ke studio
bawain makanan dan ngasih bingkisan buat penyiar-penyiar favoritnya. Wah, apa
gak enak tuh jadi penyiar. Enak bingiiiiiit...!
Sayang,
itu sudah gak berlaku untuk saat ini. Sekarang euforia-nya beda, setelah TV nasional dan lokal bermunculan. Radio
seperti tersisih, semangat ‘militan’ pendengar garis keras ini pun sedikit
berkurang. Sudah jarang ngumpul lagi, yang datang ke studio paling satu dua,
dan orangnya itu-itu aja. Gue akui, zaman sudah berubah.
Itu dia tuh, dua jenis pendengar radio.
Nah, lo termasuk yang mana coba..? Apapun itu, yang jelas keberadaan stasiun
radio gak bakal ada apa-apanya kalau gak ada pendengarnya.
Semakin banyak pendengar radio juga
bisa dimanfaatkan. Dijadikan aset, untuk menjual ‘acara radio’ kepada pemasang
iklan. Jadi, jangan heran kenapa sih radio itu banyak banget iklannya. Berarti,
radio itu punya banyak pendengar.
Gue rasa cukup untuk seri posting
‘jenis pendengar radio’. Semoga apa yang gue tulis ini bisa menambah wawasan
keradioan kamu. Oh ya, sekedar info pembagian jenis pendengar radio diatas,
diambil dari Buku ‘The Announcer’ karya mas Ibnu Novel Hafidz ( Penyiar dan Penulis).
Sekian, dan...
See u Next Post...!