Rabu, 23 April 2014

Jenis-jenis Pendengar Radio



Hay, gue balik lagi nih. Setelah dua postingan awal bulan ini yang berasa galau. Sekarang gue hadir dengan postingan yang semoga bisa menambah wawasan ke-radio-an kamu. Yoi, gue dah lama nih gak posting yang radak serius dikit. Maklumlah, namanya juga blog kesasar.

Nah, buat kamu yang belum baca dua postingan awal bulan ini, bisa baca disini dan disini.

But now, gue bukan mau ngasih tips. Gue Cuma mau berceloteh tentang jenis-jenis pendengar radio. Ternyata selama gue jadi juru ‘koar-koar’, gue amat-amatin pendengar itu macem-macem jenisnya.


Jadi, ada pendengar radio yang gue lihat tuh ‘setia’ banget. Hampir di setiap acara Radio, doi selalu ‘gabung’. Dari acara yang paling pagi, acara siang, sore, malam selalu ikut ‘sms’ buat salam-salam dan request lagu terus. Pokoknya, mereka terus aja begitu sampai kiamat...!

Gila, tuh orang setia banget ya. Kenapa sih mereka bisa begitu ? apa mereka dirumah belum punya TV ? mereka gak punya kerjaan ? sampai pada akhirnya gue berkesimpulan : setia dan gak punya pekerjaan itu beda tipis.

Terus, yang ada yang lebih aneh lagi. Ada beberapa jenis pendengar yang setiap hari sms mulu, dan isi smsnya selalu sama, request lagunya sama juga. Keadaan seperti ini dalam bahasa prancis biasa dikenal dengan istilah ‘Plek jiplek pada bae isine, ra ana bedane..’ 


Contoh sms-nya begini : Hay, aQ Andika. Mo kIRim caLamNYA buat siti, supri, bejo, dan paikem. AQ juga req lagunya ya, Republik – Selimut Tetangga. bUat Dj-nYa mAKaciiiih...

Duh mata gue pegel baca sms alay gini. *kucek mata*


Tuh, mau acara apa aja. Mau yang siaran siapa, smsnya begitu aja terus. Eh, coba deh, gue pengin nemuin satu momen sehari aja ‘mereka’ gak sms. Ternyata, sampai saat ini, sampai gue nulis postingan ini masih aja sms begitu tuh orang.

Mungkin kalau setiap hari selalu gabung, gue sih seneng-seneng aja ya. Asal, isi sms-nya beda. Lah, ini isinya selalu sama. Gue jadi mikir, selain setia, ternyata mereka juga terindikasi gila...! Oke, kalem, jangan emosi. Orang gila memang selalu ngeselin.

*hening*

Nah, ada lagi nih pendengar yang biasa-biasa aja. Gak musti gabung tiap hari. Mendengarkan radio hanya diwaktu-waktu senggang saja. Gue sempet nanya-nanya sama beberapa pendengar jenis ini.

Pendengar pertama, gue tanya “Sob, lu paling sering dengerin radio tuh kapan..?”

“Gue, biasanya kalau lagi ada waktu luang aja sih.. gak musti deh..” 

Pendengar kedua, juga ikut gue tanya. “Eh, lu paling seneng dengerin acara apa sih..?”

 “Acara Cap Cus Cin..!” Jawab dia tegas. “Iya acara gosip artis diradio itu loh, maklumlah. Biasa gue kan cewek. Jadi radak rumpi gimana gitu..” 

Gue manggut-manggut.

Kemudian gue tanya lagi, kali ini sama pendengar ketiga. “Kalau lu coy. Suka dengerin acara apa di radio..”

“Owh, kalau gue biasanya suka acara yang hipnotis-hipnotisan gitu deh, terus ditanyain kehidupannya, dan aibnya kebuka semua..”

“Eh, itu acara Uya Kuya kampreeeeeeeet....!” Gue kesel. “Itu adanya di Tiviiii..!”

*jejelin mic*

Yaudah deh, yang jelas mereka bukan pendengar radio yang ‘fanatik’, mereka hanya mendengarkan radio pada acara dan moment tertentu saja.

Nah, ini dia intinya, setelah dari tadi kebanyakan basa-basi ampe basi beneran. Jenis pendengar radio versi serius (baca: bukan versi becandaan) itu ada dua tipe. Yaitu, pendengar Fun Listener  dan Old Listener.

Apa itu Fun Listener

Fun, artinya senang. Dan Listener adalah pendengar. Jadi, Fun Listener adalah pendengar yang seneng. Ini dah kayak lebaran aja yak seneng-seneng segala. Eits, tapi bukan itu maksudnya. 

Oke gue serius. Fun Listener adalah pendengar radio yang mobile, sambil lalu, tidak fanatik, selalu scanning, meminda-mindah gelombang radio mencari musik atau informasi yang dia sukai, lalu pindah lagi.

Iya, yang jelas ini tipe pendengar yang suka banget pindah-pindah gelombang. dikit-dikit pindah, dikit-dikit pindah. Ini radio apa kontrakan sih pindah-pindah mulu.

Pendengar yang satu ini biasanya hanya mencari radio yang sedang memutar lagu saja. Begitu lagunya selesai, pindah ke gelombang lain. Mereka suka radio yang banyak memutar lagu dan sedikit iklannya.
Next, jenis pendengar yang kedua adalah Old Listener. Apa itu Old Listener..?
Simpel saja, Old artinya Tua. Dan Listener artinya pendengar. Old Listener, pendengar yang berumur tua. Jadi yang dengerin radio itu orang-orang yang sudah tua, gak ada kerjaan, tinggal di panti jompo, dan pastinya orangnya dah pada bau tanah. *eh

Sayangnya, definisi itu gue tulis pas gue kemasukan roh jahat. Jadi, maaf ya kalau artinya aneh, gila, dan bernada emosional ngajakin ribut penghuni panti jompo. Maaf-maaf mbah, pissss ya... 

*nyengir kuda*

Sekarang gue dah stabil, sekarang gue lagi kemasukan roh Lary King[1] jadi ngomongnya harus bener. Old Listener  adalah pendengar radio yang setia, fanatik,dan sangat mengenal sebuah radio. Mengenal penyiar-penyiarnya, senang telepon, sering SMS, datang ke studio, bahkan mengenal jam-jam siaran, acara, sampai hafal dan mengenal siapa penyiarnya.

Bahkan saking mengenal penyiarnya, gue curiga jangan-jangan mereka tahu berapa ukuran sepatunya, apa makanan favoritnya, kapan tanggal jadian pertamanya. Ini pendengar apa pacar sih, serba tahu banget. Heran deh....! 

*hening*

Old Listener bisa gue sebut sebagai pendengar tipe fanatik garis geras. Yak, ini persis kayak suporter bola. Setia banget, dari pagi, siang, sore, sampai malem, mereka setia dengerin acara satu stasiun radio. Jangan heran, jika mereka hafal acara-acara radio dan konten acaranya.

Jenis pendengar ini kadang suka bikin kelompok fanbase pecinta radio. Dalam satu waktu suka ngumpul-ngumpul, dateng ke studio bawain makanan dan ngasih bingkisan buat penyiar-penyiar favoritnya. Wah, apa gak enak tuh jadi penyiar. Enak bingiiiiiit...!

Sayang, itu sudah gak berlaku untuk saat ini. Sekarang euforia-nya beda, setelah TV nasional dan lokal bermunculan. Radio seperti tersisih, semangat ‘militan’ pendengar garis keras ini pun sedikit berkurang. Sudah jarang ngumpul lagi, yang datang ke studio paling satu dua, dan orangnya itu-itu aja. Gue akui, zaman sudah berubah.

Itu dia tuh, dua jenis pendengar radio. Nah, lo termasuk yang mana coba..? Apapun itu, yang jelas keberadaan stasiun radio gak bakal ada apa-apanya kalau gak ada pendengarnya.

Semakin banyak pendengar radio juga bisa dimanfaatkan. Dijadikan aset, untuk menjual ‘acara radio’ kepada pemasang iklan. Jadi, jangan heran kenapa sih radio itu banyak banget iklannya. Berarti, radio itu punya banyak pendengar.

Gue rasa cukup untuk seri posting ‘jenis pendengar radio’. Semoga apa yang gue tulis ini bisa menambah wawasan keradioan kamu. Oh ya, sekedar info pembagian jenis pendengar radio diatas, diambil dari Buku ‘The Announcer’ karya mas Ibnu Novel Hafidz ( Penyiar dan Penulis).

Sekian, dan...

See u Next Post...!


[1] Legenda penyiar di amerika

Minggu, 13 April 2014

Manusia Setengah Kecoa


Segelas white-coffee baru saja gue habiskan. Tidak terasa cepat sekali gue menghabiskan kopi ini, tidak seperti biasanya. Mungkin secepat pertemuan gue dengan sahabat lama. 

Namanya Rizal (nama gue samarkan). Bukan temen deket gue sebenernya. Cuma setiap kali kita bertemu, pasti kami bercerita banyak hal. Semuanya kita omongin, ceritanya ‘ngalor-ngidul’ mulai dari cerita a, cerita x, dan cerita xxx semuanya jadi omongan. *eh 

Yang tidak berubah dari Rizal adalah kebiasaannya bercerita tentang masa lalunya (baca: mantan). Masalah Doi dari masa SMA sampai sekarang kuliah ternyata masih sama. Mantan, baginya menjadi momok yang sangat menakutkan. Doi jadi susah move on, dihantui rasa bersalah, dan hidup bawaannya gak nyaman banget. Apalagi, sekarang doi satu kampus dengan mantan. Mampus gak lo..

Dulu, si Rizal mutusin ceweknya karena orangnya dramatis abis. Doi ngaku gak nyaman banget pacaran sama cewek kayak gitu. Celakanya lagi, cara mutusinnya mendadak, pas Ceweknya lagi cinta-cintanya, maklum waktu itu baru jadian. Gue lihat waktu itu, ceweknya sebenernya cinta banget sama Rizal. 

Alhasil, ceweknya sampai sekarang gak mau temenan ‘lahir-batin’ sama Rizal. Meskipun sekarang satu kampus, tetep aja tiap Rizal dan temen-temen lain ngumpul bareng komunitas alumni SMA di Kampus, ceweknya ‘cuek’ tingkat ‘profinsi’, seolah gak pernah kenal sama Rizal.

Kemarin, doi ngaku “Gue ngerasa bersalah banget pernah ‘mutusin’ dia. Sekarang, dia sudah banyak berubah, tidak lagi dramatis, dewasa banget, dan adem kalo diliat...” Rizal nunduk lemes.


“Mampus..! sekarang lo nyesel kan..?” Gue mencibir. “Padahal, dulu yang perlu lu lakuin adalah menerima kondisi dia apa adanya dulu. Soal dia mau berubah apa enggak, biar waktu yang merubahnya..” Kali ini gue sok-sok an bijak ngomongnya.
“Iya sih, nyesel banget gue sumfeeeh..!”
Gue mencoba menenangkan Rizal. Dan tidak lama kemudian kami berpelukan seperti Lala ‘teletabis’ dan Dipsy ‘teletabis’ yang baru bertemu. Astaghfirulloh...! Adegan macam apa ini. Cuiiiih..!

Kasihan Rizal, sudah hampir 5 tahun kami tidak bertemu, beberapa waktu yang lalu bertemu, dan masalahnya masih sama: yaitu mantan. 

Sejurus kemudian gue jadi inget dengan tetangga blog gue juga mengalami hal yang sama. Dicampakan mantan, ditelantarkan begitu saja. Tragisnya gak beda jauh lah, atau bahkan mungkin dia lebih tragis, dan endingnya ‘nangis-nangis’. Duh kasian.. *eh pissss ya..! *hug*

Setelah gue selesai ‘ngopi-ngopi cantik’, gue langsung ke dapur mencuci cangkir. Waktu gue mencuci cangkir, mendadak ada ‘kecoa’ terbang melintas persis di depan mata gue. Tahu ada kecoa terbang mengejek, langsung gue kejar kecoa itu. Gue ambil sandal, siap-siap bakal gue ‘tabok’ tu kecoa.

Perjuangan dengan semangat 69 gue yang membara tidak sia-sia. (Eh, 45 kaeleuss, bukan 69) Kecoa berhasil gue tabok dengan ‘maco’ dan benar saja kecoa langsung tergletak tidak berdaya di lantai. 


‘Makannya, jangan berani-beraninya ngejek gue loh. Tahu akibatnya kan, sekarang lu ‘metong’...!’ 

Kecoa gue biarkan saja tergletak dilantai. Biarlah, nanti juga ada semut yang bergerilya mengurus jasadnya. Gue pun berbalik badan, melanjutkan mencuci cangkir kopi gue yang tadi tertunda. Gue mencucui cangkir sambil bersiul-siul kemenangan, mata gue sekali dua kali melihat kearah kecoa yang mati.

‘Sh*****t..!’ kecoanya bergerak. Belum mati, dan tidak lama kemudian berlari dengan gesitnya, seolah tidak pernah mengalami ‘tabokan’ mematikan gue. 

Gue berusaha mengejar. Tapi, terlambat, start lari gue kalah. Dan kecoa dengan ukuran 1.5 cm berhasil melarikan diri ke bawah rak dari kejaran manusia bertinggi 160 cm. “Kampreeeet...! lu lolos ya...” gue emosi. 

“Eh, gue bukan kampret bego..! gue kecoa..!” terdengar teriakan daari bawah rak.
“Eh, maap. kecoooooa lo...!” gue emosi.
(eh, ini ada kecoa bisa protes ya. Aneh...!)

Sejak kejadian itu, gue emosional sama hewan bernama ‘kecoa’. Sialan, gue di ‘kadalin’ sama kecoa. Gue anak kuliahan coy..! masak dikibulin sama kecoa. Hebat banget dia, kuliah dimana coba kecoa itu. UGM ? Enggak kan.
Akhirnya gue teringat dengan salah satu ‘lead-comment’ materi siaran. Jadi inti materinya begini: Kecoa adalah hewan yang suka berpura-pura mati.

Gue menelan ludah.

Rasa penasaran gue pun membuncah. Mendadak, gue jadi suka mempelajari tentang kecoa. Satu per satu fakta tentang kecoa, gue palajari. Dan yang paling gue perhatikan adalah kebiasaan kecoa yang bikin gue sakit hati : pura-pura mati.

Ternyata, kecoa memiliki pelindung yang cukup kuat untuk
menahan serangan. Jadi, kecoa tidak akan mati hanya dengan sekali serang. Sekalipun yang ‘nabok’ kecoa itu adalah Agung Hercules sambil bawa barbel dan nyanyi lagu Astuti, tetep aja kecoa gak mati. Gila, sialan banget ya. Konon pelindung yang ada di tubuh kecoa bagaikan pasukan berkuda yang mengenakan baju baja. 

Intinya mereka hanya akan berpura–pura mati dan akhirnya melarikan diri. Bahkan mereka juga dapat hidup dalam keadaan yang cukup menyedihkan akibat serangan tersebut. 

*mrinding disko*

Gue geleng-geleng, di depan laptop. Mendakak, gue jadi menghubung-hubungkan antara Mantannya Rizal, mantannya tetangga blog gue , dan perilaku aneh kecoa.

Seorang mantan, gue pikir-pikir kebanyakan sudah menjelma menjadi manusia setengah kecoa. Mereka menjadi manusia yang ‘pura-pura mati’. Yang gue maksud mati disini bukan orangnya, tapi ‘mati’ hatinya. Pasca putus, mantan menjadi manusia yang penuh dengan kepura-pura an.

Ketemu dijalan, pura-pura gak pernah kenal, pura-pura gak mau nyapa, dan segala macam kepura-pura an lain. Ini bisa karena emosi, gengsi dan alasan ‘dramatis’ lainnya.

Dan ‘kepura-puraan’ ini pun membuat siapa saja gak nyaman. Apalagi kalau posisinya lo dan mantan pacar lu sekelas, sekampus, dan sekantor. Duh, gue sebut ini sebagai ‘Awkward-Moment’ Stadium akhir. Gue ngebayangin kalau terjebak dalam kondisi seperti itu, asli gak nyaman banget.


Gue pun berpikir lagi, kenapa sih ‘mantan’ menjadi manusia setengah kecoa. Apa iya, lo (baca: mantan) gak bisa maafin pacar lo. Entah apa masalahnya sampai kalian seperti itu, entah dikhianati, entah dicuri sesuatu yang berharganya, atau apalah. Oke, gue tahu teori ‘maafin’ memang gak mudah prakteknya. Tapi, coba deh sekali waktu ketika lo ketemu, berpapasan di jalan, lo yang tadinya ‘cuek bebek’ sekali-kali sunggingkan senyum, disapa, atau apalah.


Hey mantan-nya Rizal, coba deh pas di kampus ngumpul-ngumpul bareng alumni SMA. Sekali-kali sapa si-Rizal ‘Hey, gimana kuliahnya.?’ ‘Gimana kabarnya..?’ pertanyaan se-simpel ini bisa sangat ‘melegakan’ perasaan Rizal.

Ketahuilah hey mantan Rizal, mantannya tetangga blog gue, dan mantan-mantan yang lainnya, walaupun itu hanya sedikit. Itu sangat berkesan. Setidaknya lo sudah meringankan ‘perasaan’ bersalah orang lain, dan mereka bahagia bisa melihat lo ada itikad untuk berubah.

Sekarang, terserah lo, mau mulai sedikit berubah menjadi manusia yang seutuhnya, manusia yang mau menyapa, menjaga silaturhami, dan menghormati perasaan orang lain. Atau lo tetep egois, menjadi manusia setengah kecoa yang selalu ‘pura-pura mati’.

Yakin lo bakal nyaman begitu terus ? Kecoa aja gue rasa gak bakal nyaman ketika mereka menggunakan ‘trik pura-pura mati’ terus-terusan. Artinya, kecoa bakal terancam mati lagi, dan mendapat ‘tabokan’ yang lebih keras lagi. Ya, meskipun kecoa bisa ‘hidup’ dalam keadaan yang menyedihkan itu. Tapi ya tetep aja, kecoa juga ‘manusia’, eh bukan, kecoa juga ‘kecoa’ yang punya perasaan, dan punya hak untuk hidup tidak mau disakiti. Tapi, mau gimana lagi, lah itu jalan hidup kecoa. 

Dan sekarang, tinggal lo hey mantan yang secara lahiriah adalah manusia. Lo mau mengikuti jalan hidup kecoa ? ngaku aja deh, pasti gak mau kan. Karena gue yaqqin hidup kayak gitu tuh gak ‘nyaman’. Hey, lu itu bukan kecoa yang bisa terus-terusan hidup dalam kondisi yang ‘menyedihkan’. Lu tuh manusia yang pasti ingin hidup bahagia.

Jadi ,mulai sekerang kembalilah ke jalan yang benar dan bangun pikiran yang positif. Duduk dan renungkan. Cobalah sejenak menjadi personel band The Rain yang dengan gagahnya menyanyikan lagu ‘Terlatih Patah Hati’:

Aku sudah mulai lupa
Saat pertama rasakan lara
Oleh harapan yang pupus
Hingga hati cedera serius

Terima kasih kalian
Barisan para mantan
Dan semua yang pergi
Tanpa sempat aku miliki
Album indexliriklagu.info
Tak satupun yang aku sesali
Hanya membuatku semakin terlatih
Jreeeeeeng….!

Sekian. Semoga bisa mencerahkan ‘hati’ yang gelap.

        See U Next Post...!