Hay....
saya muncul lagi nih setelah...... gagal bersembunyi, di balik kata-kata bijak,
yang selalu mampu membuat aku terlihat tangguh. Padahal hancur lebur
harapaaaaaan....
*mendadak
nyanyi, kayak Saepul Jamil kena radiasi*
Akhirnya
saya bisa lanjutin postingan seri ‘Jomblosurus’. Butuh perjuangan sih buat
nulis postingan ini, harus bagi-bagi waktu sama kerjaan dan kesibukan baru,
nulis materi stand up comedy. Gak penting sih... tapi setidaknya ini lebih asik
dari nulis judul skripsi !!!
Terus,
lu mau selesai kuliah kapan Yon ?!!
Bulan
Desember ! Tuh..! Tapi gak tahu, tahunnya, bakal tahun berapa.
Lalu
ada suara jangkrik yang saling bersahutan.
Fokus...
kali ini saya mau share gimana sih
perjalanan naskah Jomblosaurus bisa diterima di meja penerbit. Di postingan
yang sebelumnya sudah dikasih sedikit bocoran. Yang mau baca bisa klik
‘disini’. Yang males baca.... yaudah saya ceritain lagi, tapi dikit.
Saya
kirim naskah awal November, lalu akhir November saya dapat kabar naskah saya
diterima. Udah.... dikit kan ? makannya baca postingan yang kemaren. Kan cuma
klik ‘disini’.
(Etdah,
galak banget sih, kayak Banteng abis diputusin. Diputusin lehernya, maksudnya)
Sudah
dibaca...? oke sip. Lalu mungkin dari kalian ada yang bertanya kenapa sih
naskah lu diterima. Apakah naskah lu keren banget Yon ?
Saya
jawab dengan tegas, TIDAK ! TIDAK SALAH.
Gak
gitu juga sih, aslinya naskah saya sangat cemen persis kayak orangnya.
Bagaimanapun juga ini adalah naskah pertama saya yang sukses bisa selesai nulis
sampai akhir. Padahal sebelumnya, saya pernah coba nulis naskah begitu dah
sampai halaman 40, saya sudah mimisan. Kebayang kalo sampai halaman 100,
mungkin saya sudah koma 3 bulan.
Alhamdulillah, bersyukur
banget penerbit Media Presindo menerima naskah saya. Terlepas dari kualitas
naskah saya, satu hal yang waktu itu membuat saya pede bakal diterima naskahnya
adalah secara tekhnis penulisan nasakah saya sesuai dengan ketentuan-ketentuan
penerbit.
Berhubung
saya gaolnya sama ibu-ibu arisan, saya tetap penasaran kenapa sih naskah saya
yang kutukupret dapat diterima. Lalu saya tanya sama mas Editor (@Garirakaisambu
), saya wawancara beliau via chating. Kenapa via chating ? iya soalnya kami
LDR-an... *lah
Jadi
dari hasil wawancara singkat itu muncul beberapa poin kenapa naskah diterima
pihak penerbit.
Saya :
Bang kenapa keputusan naskah saya diterima hanya perlu nunggu satu bulan ?
Kenapa ada yang cepet ada yang lama sampai 3 bulan ?
Editor :
Karena kebutuhan redaksi. Setiap bulan kami, redaksi fiksi, dapet target
tertentu untuk ngeluarin sekian judul komedi, sekian judul horor, sekian judul
novel Islami, dan satu judul romance. Stock paling banyak adalah romance,
padahal kami diminta cuma keluarin 1 judul aja tiap bulannya. Karena itulah
daripada sibuk bacain novel romance satu-satu, kami pilih dan pilah naskah
berdasarkan genre. Yang non-romance kami dahulukan, terutama yang komedi,
horor, dan Islami. Jujur Dion, saat ini kami kekurangan karya komedi
berkualitas. Jadi kalau ada naskah komedi yang agak bagusan dikit, langsung
saya ajukan ke direktur redaksi. Nggak pakai rapat bulanan lagi. Lewat jalur
khusus. Begitu.
Saya :
Kenapa naskah saya diterima ? Padahal ini naskah pertama saya (yang notabene
masih kutukupret nulisnya)...
Editor : Kayaknya
jawaban no. 1 udah menjawab pertanyaan ini. Karena kami kekurangan naskah
komedi berkualitas. Begitu ada yang bagusan dikit aja, insya Allah pasti
diterima. Dan ini bukan naskah Dion aja, penulis lain pun begitu. Lagian sejak
awal MedPress bukan penerbit yang terlalu mendewakan istilah "penulis
berpengalaman." Percuma penulis berpengalaman kalau bukunya nggak laku.
Karena inilah kami tidak pernah melihat CV penulis ketika menilai naskah masuk.
Kami nggak peduli dia penulis baru apa senior. Yang kami lihat adalah:
a.
Temanya.
Punya pasar yang bagus apa enggak?
b.
Gaya
bahasanya. Enak dibaca apa enggak? Bosenin apa enggak
c.
Ceritanya.
Gimana strukturnya? Apa pesan yang tersirat?
d.
Gimana
dengan nilai komersialnya? Kalau dicetak jadi buku kira-kira
bakal laku apa enggak?
Gitu
sih, kira-kira wawancara singkat saya sama mas Editor. Jadi ada gambaran kan
kenapa naskah ini bisa diterima di meja penerbit.
Nah,
kalo menurut saya sih kalo pengin naskah kamu diterima di penerbit manapun yang
jadi inceranmu, secara umum syaratnya ada dua, yaitu :
1. Penuhi Kriterianya
Setiap
penerbit punya kriterianya sendiri-sendiri. Ada yang syaratnya begini, ada yang
syaratnya begitu, macem-macem lah. Tergantung target pembaca dari masing-masing
penerbit. Kalo pengin tahu lebih lengkap, dan niaaaaat banget pengin nerbitin
buku. Kalian harus bergerilya sendiri mencari profil-profil penerbit di seluruh
Indonesia. Ada banyak kok... tenang aja. Intinya jangan males, sekarang sudah
ada si Mbah Google yang baik hati mau mengantarkan mimpimu. FYI, dulu saya saking niatnya pengin
nerbitin buku, saya bela-belain cari semua profil penerbit di Indonesia dan
saya bendel jadi buku tebal. Berisi kriteria-kriteria naskah yang diterima
beserta cara pengirimannya. FYI lagi,
ada penerbit yang hanya menerima dikirim lewat Pos ada juga yang via e-mail.
Kalo
kalian sudah kumpulin profil-profil penerbit, selanjtunya kamu pilih nih mana
penerbit yang kira-kira sesuai dengan kriteria yang ada pada naskah kamu. Gak usah
muluk-muluk mengincar penerbit besar, realistis saja, yang penting karya kamu
diterbitkan. Kan....
Saya
kasih tahu juga kalo kalian pengin berhubungan lebih dekat sama penerbit, cara
paling gampang adalah hubungi penerbit via Twitter. Nah, disini kalian juga
harus begerilya mencari sendiri akun-akun Twitter penerbit. Dijamin penerbit
bakal kasih respon cepet kok kalo kalian pengin nanyain banyak hal seputar
penerbitan buku dan pengirimannya.
2. Jauhi laranganya
Diatas
kamu sudah sedikit dijelaskan tentang keharusan untuk memenuhi kriterianya. Sekarang
yang harus kamu lakukan adalah menjauhi larang-larangannya. Ini nih yang kadang
dipandang sebelah mata. Padahal gara-gara masalah sesepele ini, nasib naskah
yang mungkin sudah kalian tulis berbulan-bulan akan ditolak begitu saja.
Setiap
penerbit punya larangannya sendiri-sendiri. Ada penerbit yang tidak menerima
naskah fiksi fantasi, ada juga
penerbit yang tidak menerima naskah kumpulan cerpen, ada juga penerbit yang
tidak menerima naskah komedi, dan larangan-larangan lainnya.
Ini
bisa kalian lihat secara detail di masing-masing profil penerbit yang kamu
incar. Kalo ada penerbit yang tidak menerima naskah fiksi fantasi, artinya kamu haram
mengirim naskah fiksi fantasi ke
penerbit itu. Kalau kamu nekat, yaudah.... resiko ditanggung sendiri.
Simple think, kalau
kita pengin naskah diterima penerbit, gak beda jauh sih kayak kita pengin cintanya
diterima sama calon pasangan kita. Kita,
harus penuhi kriteria-kriterianya. Kalo
kamu gak sesuai dengan kriterianya, wajar
sih kalo kamu bakal ditolak.
Sekian.
See u next post..