Selasa, 17 Februari 2015

Ngomongin Proses Jomblosaurus Menembus Penerbit #Seri2



Hay.... saya muncul lagi nih setelah...... gagal bersembunyi, di balik kata-kata bijak, yang selalu mampu membuat aku terlihat tangguh. Padahal hancur lebur harapaaaaaan....

*mendadak nyanyi, kayak Saepul Jamil kena radiasi*

Akhirnya saya bisa lanjutin postingan seri ‘Jomblosurus’. Butuh perjuangan sih buat nulis postingan ini, harus bagi-bagi waktu sama kerjaan dan kesibukan baru, nulis materi stand up comedy. Gak penting sih... tapi setidaknya ini lebih asik dari nulis judul skripsi !!!

Terus, lu mau selesai kuliah kapan Yon ?!!

Bulan Desember ! Tuh..! Tapi gak tahu, tahunnya, bakal tahun berapa.

Lalu ada suara jangkrik yang saling bersahutan.

Fokus... kali ini saya mau share gimana sih perjalanan naskah Jomblosaurus bisa diterima di meja penerbit. Di postingan yang sebelumnya sudah dikasih sedikit bocoran. Yang mau baca bisa klik ‘disini’. Yang males baca.... yaudah saya ceritain lagi, tapi dikit. 

Saya kirim naskah awal November, lalu akhir November saya dapat kabar naskah saya diterima. Udah.... dikit kan ? makannya baca postingan yang kemaren. Kan cuma klik ‘disini’.

(Etdah, galak banget sih, kayak Banteng abis diputusin. Diputusin lehernya, maksudnya)

Sudah dibaca...? oke sip. Lalu mungkin dari kalian ada yang bertanya kenapa sih naskah lu diterima. Apakah naskah lu keren banget Yon ?

Saya jawab dengan tegas, TIDAK ! TIDAK SALAH.

Gak gitu juga sih, aslinya naskah saya sangat cemen persis kayak orangnya. Bagaimanapun juga ini adalah naskah pertama saya yang sukses bisa selesai nulis sampai akhir. Padahal sebelumnya, saya pernah coba nulis naskah begitu dah sampai halaman 40, saya sudah mimisan. Kebayang kalo sampai halaman 100, mungkin saya sudah koma 3 bulan.

Alhamdulillah, bersyukur banget penerbit Media Presindo menerima naskah saya. Terlepas dari kualitas naskah saya, satu hal yang waktu itu membuat saya pede bakal diterima naskahnya adalah secara tekhnis penulisan nasakah saya sesuai dengan ketentuan-ketentuan penerbit. 


Berhubung saya gaolnya sama ibu-ibu arisan, saya tetap penasaran kenapa sih naskah saya yang kutukupret dapat diterima. Lalu saya tanya sama mas Editor (@Garirakaisambu ), saya wawancara beliau via chating. Kenapa via chating ? iya soalnya kami LDR-an... *lah

Jadi dari hasil wawancara singkat itu muncul beberapa poin kenapa naskah diterima pihak penerbit.

Saya : Bang kenapa keputusan naskah saya diterima hanya perlu nunggu satu bulan ? Kenapa ada yang cepet ada yang lama sampai 3 bulan ?
 
FYI, kayak gini nih antrian naskah yang masuk meja penerbit Media Pressindo
Editor : Karena kebutuhan redaksi. Setiap bulan kami, redaksi fiksi, dapet target tertentu untuk ngeluarin sekian judul komedi, sekian judul horor, sekian judul novel Islami, dan satu judul romance. Stock paling banyak adalah romance, padahal kami diminta cuma keluarin 1 judul aja tiap bulannya. Karena itulah daripada sibuk bacain novel romance satu-satu, kami pilih dan pilah naskah berdasarkan genre. Yang non-romance kami dahulukan, terutama yang komedi, horor, dan Islami. Jujur Dion, saat ini kami kekurangan karya komedi berkualitas. Jadi kalau ada naskah komedi yang agak bagusan dikit, langsung saya ajukan ke direktur redaksi. Nggak pakai rapat bulanan lagi. Lewat jalur khusus. Begitu.
Saya : Kenapa naskah saya diterima ? Padahal ini naskah pertama saya (yang notabene masih kutukupret nulisnya)...
Editor : Kayaknya jawaban no. 1 udah menjawab pertanyaan ini. Karena kami kekurangan naskah komedi berkualitas. Begitu ada yang bagusan dikit aja, insya Allah pasti diterima. Dan ini bukan naskah Dion aja, penulis lain pun begitu. Lagian sejak awal MedPress bukan penerbit yang terlalu mendewakan istilah "penulis berpengalaman." Percuma penulis berpengalaman kalau bukunya nggak laku. Karena inilah kami tidak pernah melihat CV penulis ketika menilai naskah masuk. Kami nggak peduli dia penulis baru apa senior. Yang kami lihat adalah:

a.   Temanya. Punya pasar yang bagus apa enggak?
b.   Gaya bahasanya. Enak dibaca apa enggak? Bosenin apa enggak
c.   Ceritanya. Gimana strukturnya? Apa pesan yang tersirat?
d.   Gimana dengan nilai komersialnya? Kalau dicetak jadi buku kira-kira bakal laku apa enggak?

Gitu sih, kira-kira wawancara singkat saya sama mas Editor. Jadi ada gambaran kan kenapa naskah ini bisa diterima di meja penerbit. 

Nah, kalo menurut saya sih kalo pengin naskah kamu diterima di penerbit manapun yang jadi inceranmu, secara umum syaratnya ada dua, yaitu :
1. Penuhi Kriterianya

Setiap penerbit punya kriterianya sendiri-sendiri. Ada yang syaratnya begini, ada yang syaratnya begitu, macem-macem lah. Tergantung target pembaca dari masing-masing penerbit. Kalo pengin tahu lebih lengkap, dan niaaaaat banget pengin nerbitin buku. Kalian harus bergerilya sendiri mencari profil-profil penerbit di seluruh Indonesia. Ada banyak kok... tenang aja. Intinya jangan males, sekarang sudah ada si Mbah Google yang baik hati mau mengantarkan mimpimu. FYI, dulu saya saking niatnya pengin nerbitin buku, saya bela-belain cari semua profil penerbit di Indonesia dan saya bendel jadi buku tebal. Berisi kriteria-kriteria naskah yang diterima beserta cara pengirimannya. FYI lagi, ada penerbit yang hanya menerima dikirim lewat Pos ada juga yang via e-mail.

Kalo kalian sudah kumpulin profil-profil penerbit, selanjtunya kamu pilih nih mana penerbit yang kira-kira sesuai dengan kriteria yang ada pada naskah kamu. Gak usah muluk-muluk mengincar penerbit besar, realistis saja, yang penting karya kamu diterbitkan. Kan....

Saya kasih tahu juga kalo kalian pengin berhubungan lebih dekat sama penerbit, cara paling gampang adalah hubungi penerbit via Twitter. Nah, disini kalian juga harus begerilya mencari sendiri akun-akun Twitter penerbit. Dijamin penerbit bakal kasih respon cepet kok kalo kalian pengin nanyain banyak hal seputar penerbitan buku dan pengirimannya.

2. Jauhi laranganya

Diatas kamu sudah sedikit dijelaskan tentang keharusan untuk memenuhi kriterianya. Sekarang yang harus kamu lakukan adalah menjauhi larang-larangannya. Ini nih yang kadang dipandang sebelah mata. Padahal gara-gara masalah sesepele ini, nasib naskah yang mungkin sudah kalian tulis berbulan-bulan akan ditolak begitu saja.

Setiap penerbit punya larangannya sendiri-sendiri. Ada penerbit yang tidak menerima naskah fiksi fantasi, ada juga penerbit yang tidak menerima naskah kumpulan cerpen, ada juga penerbit yang tidak menerima naskah komedi, dan larangan-larangan lainnya.

Ini bisa kalian lihat secara detail di masing-masing profil penerbit yang kamu incar. Kalo ada penerbit yang tidak menerima naskah fiksi fantasi, artinya kamu haram mengirim naskah fiksi fantasi ke penerbit itu. Kalau kamu nekat, yaudah.... resiko ditanggung sendiri.

Simple think, kalau kita pengin naskah diterima penerbit, gak beda jauh sih kayak kita pengin cintanya diterima sama calon pasangan kita. Kita, harus penuhi kriteria-kriterianya. Kalo kamu gak sesuai dengan kriterianya, wajar sih kalo kamu bakal ditolak.

Sekian.

See u next post..

Rabu, 04 Februari 2015

Ngomongin Penulisan Naskah Jomblosaurus #Seri1



Semuanya berawal ketika saya jalan-jalan di toko buku. Saya melihat ada tumpukan buku yang bertuliskan nama kakak kelas saya sebagai penulisnya. Saya beli bukunya, saya baca, dan biasa aja.....

Sejenak saya mikir, kalau dia bisa bikin buku kayak gini. Kenapa saya enggak ?

Sebenarnya sudah lama punya mimpi macam begini. Nulis naskah, kirim ke penerbit, diterbitkan, dan tersebar di seluruh toko buku di Indonesia. Kerennya.... ada nama kita diantara tumpukan buku-buku itu.

Akhirnya awal tahun 2014 saya memulai proses penulisan naskah pertama ini. Waktu itu saya harap naskahnya tidak berhenti di tengah jalan. Soalnya, sebelumnya saya pernah menulis dua naskah yang berhenti di tengah jalan. 

Trauma ? 

Iya, dikit.. setidaknya gak se-trauma orang yang gagal naik ke pelaminan. *uhukuhuk*

Belajar dari pengalaman sebelumnya, saya coba bikin konsep awal sebelum menulis naskah. Yaitu.. membuat kerangka cerita. Kerangka itu ibarat kata seperti peta. Peta yang akan mengarahkan kemana tujuan jalan cerita kita. Ini bisa membantu kamu terhindar dari jebakan ‘stuck’  di tengah jalan. Inilah yang tidak saya terapkan pada dua naskah sebelumnya.

Saya buat premis awal pada setiap babnya. Total di naskah ini ada 14 bab. Berarti ada 14 premis yang bakal saya kembangkan. 

Premis itu apa sih yon ? Premis itu yang suka minta-minta uang di perempatan yak ?

Bukan !! Itu pengemis !! Jauuuh bgt.

Premis adalah tempat semuanya bermula. Ibarat zigot yang akan menjadi manusia, premis adalah awal mula kehidupan cerita kamu.

Premis = Karakter Utama + Tujuan + Halangan

Contoh : Dion lelaki cemen ingin menjadi penyiar, tetapi dia orangnya datar.

Karakter utama : Dion lelaki cemen
Tujuan                 : Menjadi penyiar
Halangan            : Tetapi dia orangnya datar

Gitu sih gambaran sederhananya. Dari kalimat sederhana itu, kalo imajinasi lu lumayan ‘liaaar’ pasti lu bisa kembangkan jadi cerita yang ‘gemuk’. 

Rencana awal, saya bakal menyelesaikan naskah ini dalam waktu 3 bulan. Kenyataannya ? Luar biasa molor.... 6 bulan baru selesai. Alasannya banyak, mulai dari sibuk ngerjain tugas kuliah, sibuk kerjaan, kepotong lebaran, dan sibuk mikirin kamuuuuuu.... *eh

Tadinya naskah ini bakal cukup 70 halaman saja. Eh, setelah saya kasih page number tau-tau dapet 132 halaman. Mungkin waktu itu saya kesetanan nulisnya... Sempet khawatir, ini naskahnya bakal diterima gak yah kalo ceritanya kelebihan begini. Saya khawatir, soalnya penerbit incaran saya untuk kriteria naskah komedi Cuma 70-100 halaman.

Yang jelas selama proses penyusunan naskah ini saya banyak menemukan hal-hal baru yang patut dipertimbangkan untuk dimasukan ke dalam cerita. Kabar baiknya.. ini cukup membantu untuk mengembangakn cerita dalam naskah ini.

Pertengahan bulan oktober saya berhasil menyelesaikan naskah ini, dan saya beri judul Penyiar Kesasar. Waktu itu saya punya konsep dan sudut pandang tersendiri kenapa judulnya penyiar kesasar. 


Sebelum naskah dikirim ke penerbit, terlebih dahulu saya lakukan proses editing. Total ada 4 kali saya melakukan editing naskah ini. Saat pertama kali, editing berjalan lambat karena naskah yang saya tulis masih sangat kasar. Disitu saya belajar bahwa naskah yang baru selesai ditulis adalah naskah yang paling kasar/jelek. Artinya perlu dihaluskan biar enak dibaca.  Editing kedua masih lumayan lama juga, kadang masih menemui banyak kalimat yang belum ‘renyah’ buat dibaca. Editing ketiga sudah agak mendingan, sekarang bukan lagi editing ceritanya, tapi lebih ke tanda bacanya. Seperti titik, koma, tanda seru, tasydid, fatah, sukun.. *lah

Editing keempat lebih ke finishing touch sebelum dikirim ke penerbit. Saat itu udah mantap dan siap kirim ke penerbit. Lalu awal bulan November saya kirim naskah ini ke Penerbit. Alhamdulillah, akhir bulan November saya dapat kabar naskahnya diterima. 

Yeeeeh buku saya terbit !!  

*histeris sambil pipis di celana*

 Jadi gak pake nunggu 3 bulan saya dapat kabar baik ini. Bejo banget lik...

 Saat naskah saya fix diterima di penerbit akhirnya ada yang harus direvisi dari naskah ini. 

Apa itu Yon..? 

Judul. Ya juduuuul... judulnya harus diganti. 

Kenapa harus diganti..?

Ternyata judul ‘Penyiar Kesasar’ dianggap kurang dekat dengan pembaca. Apalagi target pembaca buku saya ini adalah ababil SMP dan SMA. Akhirnya, pihak penerbit pun harus gonta-ganti, bongkar pasang, jungkir balik, salto tiga kali, dan lompat melalui lingkaran api untuk menemukan judul yang pas. 

Lalu ditemukanlah sebuah judul bernama ‘Jomblosaurus’

*penuh dengan cahaya*

Waooow.. Jomblosaurus. Kenapa Jomblosaurus Yon judulnya ? 

Jujur, itu adalah pertanyaan yang paling banyak orang tanyakan di social media. Bahkan saking penasarannya ada yang sampai nanya gini : “Bang itu buku nyeritain tentang jomblo atau dinosaurus ?”

Denger pertanyaan kayak gitu saya kesel. Dan saya jawab dengan tegas : “Dua-duanya Nyeeet !! disitu bercerita seorang pemuda Jomblo yang akhirnya kawin sama dinosaurus, karena tidak kunjung menemukan pasangan manusia yang pas !!”

Becanda, becanda, becanda.... intinya kenapa judulnya Jomblosaurus. Karena di dalam buku ini cerita jomblonya sudah kelamaan. Saking lamanya seakan-akan jomblonya sudah menjadi fosil, sama kayak Dinosaurus. Nah jadilah Jomblosaurus....! Gitu.. 

Judul jomblosaurus lebih kece kan daripada jomblo bangkotan ?! Cc: yang jomblo. 

Genrenya apa Yon..?

Genrenya komedi personal literatur, biasa  juga dikenal dengan komedi pelit atau non-fiksi komedi. Artinya.... semua yang ada di buku ini adalah pengalaman-pengalaman saya. Sejenis lah sama buku-buku seperti Kambing Jantan, Skripshit, Idol Gagal, Analogi Cinta Berdua, Catatan Dodol Anak Kos, dll. 

Udah segini dulu saja yah ngomongin Jomblosaurus-nya. Kalau penasaran dan pengin tahu lebih banyak isinya, besok kalau sudah terbit beli dan borong bukunya. Insyaallah dapat pahala... 

Sekian dulu, jangan lupa postingan minggu depan : #Seri2 Ngomongin proses menembus penerbit. Pantengin terus blog ini ya..

See u next post...