Jumat, 04 April 2014

#NekadTraveler : Sebuah Perjalanan, Sebuah Cerita.


Siang menjelang sore, di akhir pekan entah tanggal berapa. Waktu itu cuacanya mendung, bahkan sangat mendung. Gemuruh petir juga sekali-dua kali menggema. Tapi, hujan tak kunjung turun juga.

Kami pun meragu, mungkin akan sangat tidak nyaman menuju air terjun itu dengan cuaca tidak bersahabat seperti ini. Apalagi medannya sulit dan rawan longsor. Keraguan itu pun kami kalahkan, kami ‘nekad’ melanjutkan perjalanan. 

Sebenarnya, lupa-lupa ingat jalan menuju tempat itu. tapi, rasa penasaran kami mengalahkan kekhawatiran akan tersesat. 

Baru separuh perjalanan, hujan yang sebenarnya tidak kami harapkan, akhirnya turun juga. Kami terpaksa menepi sejenak. 

“Kau yakin akan melanjutkan perjalanan ini..?”
“Enatahlah..” jawab dia meragu.”Masih jauh gak sih..?”
“Ya, kurang lebih 4 Km lagi. Gimana..?”

“Oke, kalau hujan mereda kita lanjutkan perjalananannya. Eh, tapi, kalau sekarang puter balik percuma dong..” kali ini dia sambil mengusap dahinya yang basah.

“Ehmmm….”
“Kita dah basah begini, mending di basahin aja sekalian.kita lanjutkan perjalanan ini..”
“Siapa takut..”

Rencana kami untuk melanjutkan kembali perjalanan pun disambut baik oleh ‘langit’. Sore itu, langit seketika berhenti menangis.
Tidak ada ‘plang’, atau ‘gapura’ yang bertuliskan ‘selamat datang’ dan segala macam tulisan sambutan untuk pengunjung. Ya, ini memang bukan obwis. Tapi, tempatnya tidak kalah dengan obwis yang ada.
Berbekal prinsip “Malu bertanya, tidak sampai air terjun” kami pun ‘bergrilya’ bertanya kepda setiap orang yang kami temui di jalan. ada yang keterangannya jelas, dan ada juga yang keterangannya ambigu. Syukurlah, tidak butuh waktu lama untuk kami menemukan air terjun itu. 

Jalan setapak licin memaksa kami untuk sedikit memelankan langkah. Apalagi, tepat disamping jalan setapak, jurang menganga sudah menyambut kami.

“Semoga tidak ada longsor, atau kejadian mengerikan lainnya ya..”

“Ya, semoga saja..” Dia mengamini.

Lalu, sampailah ditempat yang sore itu kami cari. Aku masih hafal betul bagaimana ekspresinya saat dia berada persis dibawah air terjun itu. mulutnya komat-kamit, entahlah apa yang dia katakan. Entah komat-kamit kagum bahagia, atau komat kamit kayak ibu-ibu lagi mencak-mencak kepada anaknya. Entahlah, suaranya dikalahkan oleh suara air di air terjun itu. Cuma ada satu kalimat yang kudengar jelas.

“Hey, abadikan, abadikan…”
“Apa..?”
“Abadikan..!” Dia berteriak.
“Owh, oke…”

Lalu aku pun menunaikan kemauannya. Mengabadikan momen langkah sore itu, tepat dibawah air terjun. Secara alamiah dia pun melenggak-lenggokan badannya.

Sayang, langit kembali menangis. Seolah pertanda bahwa waktu kami telah habis. Air-air yang turun itu seolah berpesan pada dahi, pada rambut, pada lengan, pada telapak tangan, dan tubuh kami untuk segera meninggalkan tempat itu sekarang juga.

Terlamabat, baru saja beberapa langkah meninggalkan air terjun itu, hujan deras membasahi kami. Tak apa, kata perempuan itu. “Sekarang kita pulang…”

###
Ini tentang perjalanan yang kami sebut dengan ‘Nekad Traveler’. Atas dasar ‘nekad’ melawan segala keadaan. Cuaca yang tidak bersahabat, jarak yang melelahkan, bahkan badget yang tidak memungkinkan untuk sebuah perjalanan. Semuanya kami lawan.

Mungkin ceritanya baru sampai di #NekadTraveler part 3, tapi keyakninan kami mengatakan, masih banyak part-part yang lainnya. Semoga saja.

Entahlah, bisa saja kelak kami masih bersama meniti perjalanan bertema ‘nekad’ ini, sampai tua. Tapi bagaimanapun juga Tuhan yang akan berkehendak, kami hanya bisa berharap. Bisa saja, kelak kami sendiri-sendiri menikmati #NekadTraveler atau bahkan bersama orang lain. Kemungkinan itu selalu ada.


“Lalu apa arti #NekadTraveler ?” tanyaku penasaran.

Jawabnya ini tentang ‘Quality-time’. Mungkin hanya momen seperti ini yang bisa menjebak kita untuk berlama-lama bersama. Kesibukanku terlalu kejam, katanya.

Benar saja, disinilah kita banyak bercerita satu sama lain. Tentang kelurga, kuliah, kerjaan, harapan-harapan masa depan, dan hal-hal remeh yang ada dihadapan kita pun tidak luput dari bahan pembicaraan.

Aneh, begitulah kami. Mau gimana lagi, dapetnya begini. *loh

“Menurut kamu, apa jadinya jika #NekadTraveler dihentikan..?”

Jawabnya singkat. “Atas nama apapun, itu adalah keputusan yang paling kejaaaaaaaam....!” (Setidaknya huruf ‘a’nya sebanyak itu, iya yang kudengar dari tinggi nadanya begitu..) *kedipin mata*

Ya, begitulah arti pentingnya #NekadTraveler bagi kami. Ini tentang waktu luang, dan kesempatan untuk saling bercerita lebih lama tanpa batasan jarak. Bercerita tepat persis di depan sepasang mata bulatnya. Ini sangat berarti.

“Terus apa lagi...?” itulah pertanyaan kami setiap materi perbincangan kami habis.

“Yang jelas, kita harus menciptakan sesuatu yang memorable kedepannya..”

Entahlah, ini masih menjadi materi pembicaraan kami. Wujudnya seperti apa yang memorable, masih abu-abu. Biar perjalanan yang akan menunjukan seperti apa sesuatu yang ‘memorable’ itu.

### 

“Pulanglah, wajahmu sangat lelah. Lihat, debu-debu jalanan sudah membuat muka kita sangat lusuh.  Istirahatlah, besok kita akan kembali ke rutinitas sendiri-sendiri. Lalu, ceritakan pada mereka apa adanya, kenapa kamu basah kuyup, kenapa mukamu berminyak, kenapa kamu terlihat lelah. Ceritakan, ceritakan saja, karena ini adalah sebuah perjalanan..”

Sampai bertemu di kesempatan #NekadTraveler selanjutnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar