Minggu, 13 April 2014

Manusia Setengah Kecoa


Segelas white-coffee baru saja gue habiskan. Tidak terasa cepat sekali gue menghabiskan kopi ini, tidak seperti biasanya. Mungkin secepat pertemuan gue dengan sahabat lama. 

Namanya Rizal (nama gue samarkan). Bukan temen deket gue sebenernya. Cuma setiap kali kita bertemu, pasti kami bercerita banyak hal. Semuanya kita omongin, ceritanya ‘ngalor-ngidul’ mulai dari cerita a, cerita x, dan cerita xxx semuanya jadi omongan. *eh 

Yang tidak berubah dari Rizal adalah kebiasaannya bercerita tentang masa lalunya (baca: mantan). Masalah Doi dari masa SMA sampai sekarang kuliah ternyata masih sama. Mantan, baginya menjadi momok yang sangat menakutkan. Doi jadi susah move on, dihantui rasa bersalah, dan hidup bawaannya gak nyaman banget. Apalagi, sekarang doi satu kampus dengan mantan. Mampus gak lo..

Dulu, si Rizal mutusin ceweknya karena orangnya dramatis abis. Doi ngaku gak nyaman banget pacaran sama cewek kayak gitu. Celakanya lagi, cara mutusinnya mendadak, pas Ceweknya lagi cinta-cintanya, maklum waktu itu baru jadian. Gue lihat waktu itu, ceweknya sebenernya cinta banget sama Rizal. 

Alhasil, ceweknya sampai sekarang gak mau temenan ‘lahir-batin’ sama Rizal. Meskipun sekarang satu kampus, tetep aja tiap Rizal dan temen-temen lain ngumpul bareng komunitas alumni SMA di Kampus, ceweknya ‘cuek’ tingkat ‘profinsi’, seolah gak pernah kenal sama Rizal.

Kemarin, doi ngaku “Gue ngerasa bersalah banget pernah ‘mutusin’ dia. Sekarang, dia sudah banyak berubah, tidak lagi dramatis, dewasa banget, dan adem kalo diliat...” Rizal nunduk lemes.


“Mampus..! sekarang lo nyesel kan..?” Gue mencibir. “Padahal, dulu yang perlu lu lakuin adalah menerima kondisi dia apa adanya dulu. Soal dia mau berubah apa enggak, biar waktu yang merubahnya..” Kali ini gue sok-sok an bijak ngomongnya.
“Iya sih, nyesel banget gue sumfeeeh..!”
Gue mencoba menenangkan Rizal. Dan tidak lama kemudian kami berpelukan seperti Lala ‘teletabis’ dan Dipsy ‘teletabis’ yang baru bertemu. Astaghfirulloh...! Adegan macam apa ini. Cuiiiih..!

Kasihan Rizal, sudah hampir 5 tahun kami tidak bertemu, beberapa waktu yang lalu bertemu, dan masalahnya masih sama: yaitu mantan. 

Sejurus kemudian gue jadi inget dengan tetangga blog gue juga mengalami hal yang sama. Dicampakan mantan, ditelantarkan begitu saja. Tragisnya gak beda jauh lah, atau bahkan mungkin dia lebih tragis, dan endingnya ‘nangis-nangis’. Duh kasian.. *eh pissss ya..! *hug*

Setelah gue selesai ‘ngopi-ngopi cantik’, gue langsung ke dapur mencuci cangkir. Waktu gue mencuci cangkir, mendadak ada ‘kecoa’ terbang melintas persis di depan mata gue. Tahu ada kecoa terbang mengejek, langsung gue kejar kecoa itu. Gue ambil sandal, siap-siap bakal gue ‘tabok’ tu kecoa.

Perjuangan dengan semangat 69 gue yang membara tidak sia-sia. (Eh, 45 kaeleuss, bukan 69) Kecoa berhasil gue tabok dengan ‘maco’ dan benar saja kecoa langsung tergletak tidak berdaya di lantai. 


‘Makannya, jangan berani-beraninya ngejek gue loh. Tahu akibatnya kan, sekarang lu ‘metong’...!’ 

Kecoa gue biarkan saja tergletak dilantai. Biarlah, nanti juga ada semut yang bergerilya mengurus jasadnya. Gue pun berbalik badan, melanjutkan mencuci cangkir kopi gue yang tadi tertunda. Gue mencucui cangkir sambil bersiul-siul kemenangan, mata gue sekali dua kali melihat kearah kecoa yang mati.

‘Sh*****t..!’ kecoanya bergerak. Belum mati, dan tidak lama kemudian berlari dengan gesitnya, seolah tidak pernah mengalami ‘tabokan’ mematikan gue. 

Gue berusaha mengejar. Tapi, terlambat, start lari gue kalah. Dan kecoa dengan ukuran 1.5 cm berhasil melarikan diri ke bawah rak dari kejaran manusia bertinggi 160 cm. “Kampreeeet...! lu lolos ya...” gue emosi. 

“Eh, gue bukan kampret bego..! gue kecoa..!” terdengar teriakan daari bawah rak.
“Eh, maap. kecoooooa lo...!” gue emosi.
(eh, ini ada kecoa bisa protes ya. Aneh...!)

Sejak kejadian itu, gue emosional sama hewan bernama ‘kecoa’. Sialan, gue di ‘kadalin’ sama kecoa. Gue anak kuliahan coy..! masak dikibulin sama kecoa. Hebat banget dia, kuliah dimana coba kecoa itu. UGM ? Enggak kan.
Akhirnya gue teringat dengan salah satu ‘lead-comment’ materi siaran. Jadi inti materinya begini: Kecoa adalah hewan yang suka berpura-pura mati.

Gue menelan ludah.

Rasa penasaran gue pun membuncah. Mendadak, gue jadi suka mempelajari tentang kecoa. Satu per satu fakta tentang kecoa, gue palajari. Dan yang paling gue perhatikan adalah kebiasaan kecoa yang bikin gue sakit hati : pura-pura mati.

Ternyata, kecoa memiliki pelindung yang cukup kuat untuk
menahan serangan. Jadi, kecoa tidak akan mati hanya dengan sekali serang. Sekalipun yang ‘nabok’ kecoa itu adalah Agung Hercules sambil bawa barbel dan nyanyi lagu Astuti, tetep aja kecoa gak mati. Gila, sialan banget ya. Konon pelindung yang ada di tubuh kecoa bagaikan pasukan berkuda yang mengenakan baju baja. 

Intinya mereka hanya akan berpura–pura mati dan akhirnya melarikan diri. Bahkan mereka juga dapat hidup dalam keadaan yang cukup menyedihkan akibat serangan tersebut. 

*mrinding disko*

Gue geleng-geleng, di depan laptop. Mendakak, gue jadi menghubung-hubungkan antara Mantannya Rizal, mantannya tetangga blog gue , dan perilaku aneh kecoa.

Seorang mantan, gue pikir-pikir kebanyakan sudah menjelma menjadi manusia setengah kecoa. Mereka menjadi manusia yang ‘pura-pura mati’. Yang gue maksud mati disini bukan orangnya, tapi ‘mati’ hatinya. Pasca putus, mantan menjadi manusia yang penuh dengan kepura-pura an.

Ketemu dijalan, pura-pura gak pernah kenal, pura-pura gak mau nyapa, dan segala macam kepura-pura an lain. Ini bisa karena emosi, gengsi dan alasan ‘dramatis’ lainnya.

Dan ‘kepura-puraan’ ini pun membuat siapa saja gak nyaman. Apalagi kalau posisinya lo dan mantan pacar lu sekelas, sekampus, dan sekantor. Duh, gue sebut ini sebagai ‘Awkward-Moment’ Stadium akhir. Gue ngebayangin kalau terjebak dalam kondisi seperti itu, asli gak nyaman banget.


Gue pun berpikir lagi, kenapa sih ‘mantan’ menjadi manusia setengah kecoa. Apa iya, lo (baca: mantan) gak bisa maafin pacar lo. Entah apa masalahnya sampai kalian seperti itu, entah dikhianati, entah dicuri sesuatu yang berharganya, atau apalah. Oke, gue tahu teori ‘maafin’ memang gak mudah prakteknya. Tapi, coba deh sekali waktu ketika lo ketemu, berpapasan di jalan, lo yang tadinya ‘cuek bebek’ sekali-kali sunggingkan senyum, disapa, atau apalah.


Hey mantan-nya Rizal, coba deh pas di kampus ngumpul-ngumpul bareng alumni SMA. Sekali-kali sapa si-Rizal ‘Hey, gimana kuliahnya.?’ ‘Gimana kabarnya..?’ pertanyaan se-simpel ini bisa sangat ‘melegakan’ perasaan Rizal.

Ketahuilah hey mantan Rizal, mantannya tetangga blog gue, dan mantan-mantan yang lainnya, walaupun itu hanya sedikit. Itu sangat berkesan. Setidaknya lo sudah meringankan ‘perasaan’ bersalah orang lain, dan mereka bahagia bisa melihat lo ada itikad untuk berubah.

Sekarang, terserah lo, mau mulai sedikit berubah menjadi manusia yang seutuhnya, manusia yang mau menyapa, menjaga silaturhami, dan menghormati perasaan orang lain. Atau lo tetep egois, menjadi manusia setengah kecoa yang selalu ‘pura-pura mati’.

Yakin lo bakal nyaman begitu terus ? Kecoa aja gue rasa gak bakal nyaman ketika mereka menggunakan ‘trik pura-pura mati’ terus-terusan. Artinya, kecoa bakal terancam mati lagi, dan mendapat ‘tabokan’ yang lebih keras lagi. Ya, meskipun kecoa bisa ‘hidup’ dalam keadaan yang menyedihkan itu. Tapi ya tetep aja, kecoa juga ‘manusia’, eh bukan, kecoa juga ‘kecoa’ yang punya perasaan, dan punya hak untuk hidup tidak mau disakiti. Tapi, mau gimana lagi, lah itu jalan hidup kecoa. 

Dan sekarang, tinggal lo hey mantan yang secara lahiriah adalah manusia. Lo mau mengikuti jalan hidup kecoa ? ngaku aja deh, pasti gak mau kan. Karena gue yaqqin hidup kayak gitu tuh gak ‘nyaman’. Hey, lu itu bukan kecoa yang bisa terus-terusan hidup dalam kondisi yang ‘menyedihkan’. Lu tuh manusia yang pasti ingin hidup bahagia.

Jadi ,mulai sekerang kembalilah ke jalan yang benar dan bangun pikiran yang positif. Duduk dan renungkan. Cobalah sejenak menjadi personel band The Rain yang dengan gagahnya menyanyikan lagu ‘Terlatih Patah Hati’:

Aku sudah mulai lupa
Saat pertama rasakan lara
Oleh harapan yang pupus
Hingga hati cedera serius

Terima kasih kalian
Barisan para mantan
Dan semua yang pergi
Tanpa sempat aku miliki
Album indexliriklagu.info
Tak satupun yang aku sesali
Hanya membuatku semakin terlatih
Jreeeeeeng….!

Sekian. Semoga bisa mencerahkan ‘hati’ yang gelap.

        See U Next Post...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar