Minggu, 03 Januari 2016

Belajar Marahin Cewek dari Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck



Gaes, ketemu lagi ya. Alhamdulillah sudah masuk tahun 2016 ya. Gimana nih kabarnya, baik ? baik. Sehat ? sehat. Jomblo ? tetep.
Ciyan...
Postingan pertama saya di tahun ini bakal ngomongin film lokal yang sebenernya dah lama rilis. Dan jika di tahun 2016 ini masih dibahas, memang blog ini kurang kerjaan banget kali ya. Tapi saya mengulas film yang satu ini bukan tanpa alasan. Pertama, karena film ini hits banget. Kedua, filmnya gak ngebosenin. Ketiga, memang lagi gak ada bahan film lain buat di review di blog ini. Kzl ! Zbl !

 Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah sebuah film yang diangkat dari novel legendaris karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan Buya Hamka.
Buat yang belum tahu, saya kasih tahu. Intinya novel ini bercerita tentang persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian. Maap ya udah spoiler buat yang belum pernah baca dan nonton film ini. Lagian kemana aja lu, sampai sekarang masih belum nonton filmnya. Kebanyakan nonton film Jepang sih lu !!!
Saya pribadi suka banget sama film ini. Pertama, karena saya sudah dibuat terpikat sama novelnya sebelum film ini rilis. Kedua, filmnya menurut saya sukses mengeksekusi setiap adegan di dalam novelnya dengan baik. Ketiga, saya orangnya baperan.
Oke fix, kayaknya poin yang ketiga sudah tidak perlu dijelaskan, dari mukanya sudah kelihatan kok.
Di postingan review film kali ini saya mencoba berbeda dengan review sebelumnya. Saya mau fokus membahas adegan paling epik dari film ini. Kalau kalian sudah menontonnya pasti tahu pas adegan apa. Yups, saat adegan Zainudin (Herjunot Ali) sedang ‘mengusir’ Hayati (Pevita Pearce). Itulah adegan terbaik dan penuh emosional dari film ini. Saking terbaiknya, banyak penikmat film yang hafal dengan dialog-dialog Zainudin. Begitu juga saya, hafal diluar kepala. Padahal tanggal lahir kamu aja aku nggak hafal loh. (Apaan sih !!)
Bahkan ada teman saya yang saking sukanya sama adegan ini, dia selalu mengulang-ngulang adegan Zainudin marahin Hayati saat dia menonton film di laptopnya. Saya pikir, kayaknya semua cowok di Indonesia suka deh sama adegan ini. Maka dari itu saya meyakini bahwa dari film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck kita (cowok) bisa belajar gimana cara marahin cewek dengan telak.
Postingan ini bukan untuk mengajarkan kekerasan, bukan. Bagaimanapun juga cewek adalah mahluk yang perlu dikasihi. Tapi jika cewek yang perlu dikasihi ternyata tidak mengkasihi kita, maka sebagai cowok kita harus punya ‘ancang-ancang’ pembelaan jika kita (cowok) diperlakukan tidak adil oleh cewek. Atau dalam istilah ilmiahnya, saat kita jadi korban PHP mereka. Zainudin saja yang dikenal sebagai penyair termasyhur dan berbudi baik, marah luar biasa saat jadi korban PHP Hayati. Apalagi kita yang berbudi... ah sudahlah ini.
Mari kita lihat dialog Zainudin vs Hayati:

Zainudin:
“Maaf ? Kau regas, segenap pucuk pengharapanku kau patahkan, kau minta maaf ?”
Hayati:
“Mengapa engkau telah menjawab sekejam itu kepadaku, Zainudin? Lekas sekalikah pupus dari hatimu keadaan kita? Jangan kau jatuhkan hukuman kepadaku hukuman yang begitu ngeri! Kasihanilah seorang perempuan yang ditimpa celaka beganti-ganti ini.”
Zainudin:
“Ya, demikianlah perempuan, dia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya, walaupun kecil, dan dia lupa kekejamannya sendiri kepada orang lain walaupun bagaimana besarnya.”
Hayati:
“Zainudin... itukah keputusan yang engkau berikan kepadaku... saya perlu dekat kau.”
Zainudin:
“Pantang pisang berbuah dua kali. Pantang pemuda makan sisa!”
Hayati kalah telak, ciyan. Gimana dialognya, sangar kan ? Sangar lah. Maap ya, beberapa ada yang dipotong-potong biar situ tahu aja sih mana yang paling nonjok.
Nah, mulai saat ini kita bisa marahin cewek dengan dialog Zainudin kalau misalnya kita beneran di-PHP-in. Misalnya nih amit-amit jabang bayi beneran kejadian dalam hidup kita, gebetan nge-PHP-in kita.
Gebetan:
Maaf yah baru bisa ketemuan. Kemarin-kemarin aku lagi sibuk banget bikin proposal penelitian sama Sarimin. Terus... kemarinnya lagi, aku sibuk nyari referensi sama Supri. Maaf ya...
Kita:
“Maaf ? Kau regas, segenap pucuk pengharapanku kau patahkan, kau minta maaf ?”
Gebetan:
“Kok galak banget sih. Jelek tau. Galak banget sih sama aku sekarang. Apa kamu gak kasian sama aku yang lagi dapet cobaan skripsi bertubi-tubi ini ?”
Kita:
“Ya, demikianlah perempuan, dia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya, walaupun kecil, dan dia lupa kekejamannya sendiri kepada orang lain walaupun bagaimana besarnya.”
Gebetan:
Kok seperti itu. Kalo boleh jujur, ternyata Sarimin dan Supri gak seasik kamu loh. Aku nyaman sama kamu kok..”
Kita:
“Pantang pisang berbuah dua kali. Pantang pemuda makan sisa!”
Kalau kalian beneran menjawab dialog gebetan seperti itu. Dapat dipastikan gebetanmu bakal sedih, mewek, nyesel, diem, mikir, dan dalam hati berkata “Ini si Kampret dari tadi ngomong apa sih ?!”
Seperti itulah kira-kira pelajaran yang bisa kita petik dari film yang menghabiskan dana milyaran rupiah ini. Kita jadi bisa marahin cewek yang nge-PHP-in kita dengan memperjuangkan harga diri dan hak-hak kita dari kejatahan PHP yang belum diakui negara.
Kita cowok juga punya hak untuk bahagia dan dicinta.
Sekian dari saya... Dion (Ketua Komnas Perlindungan Cowok Korban PHP

1 komentar: