Semuanya
berawal ketika saya jalan-jalan di toko buku. Saya melihat ada tumpukan buku
yang bertuliskan nama kakak kelas saya sebagai penulisnya. Saya beli bukunya, saya
baca, dan biasa aja.....
Sejenak
saya mikir, kalau dia bisa bikin buku kayak gini. Kenapa saya enggak ?
Sebenarnya
sudah lama punya mimpi macam begini. Nulis naskah, kirim ke penerbit,
diterbitkan, dan tersebar di seluruh toko buku di Indonesia. Kerennya.... ada
nama kita diantara tumpukan buku-buku itu.
Akhirnya
awal tahun 2014 saya memulai proses penulisan naskah pertama ini. Waktu itu
saya harap naskahnya tidak berhenti di tengah jalan. Soalnya, sebelumnya saya
pernah menulis dua naskah yang berhenti di tengah jalan.
Trauma
?
Iya,
dikit.. setidaknya gak se-trauma orang yang gagal naik ke pelaminan. *uhukuhuk*
Belajar
dari pengalaman sebelumnya, saya coba bikin konsep awal sebelum menulis naskah.
Yaitu.. membuat kerangka cerita. Kerangka itu ibarat kata seperti peta. Peta
yang akan mengarahkan kemana tujuan jalan cerita kita. Ini bisa membantu kamu
terhindar dari jebakan ‘stuck’ di tengah jalan. Inilah yang tidak saya
terapkan pada dua naskah sebelumnya.
Saya buat premis awal pada setiap babnya. Total di naskah ini ada 14 bab. Berarti
ada 14 premis yang bakal saya kembangkan.
Premis itu apa sih yon ?
Premis itu yang suka minta-minta uang di perempatan yak ?
Bukan
!! Itu pengemis !! Jauuuh bgt.
Premis
adalah tempat semuanya bermula. Ibarat zigot yang akan menjadi manusia, premis
adalah awal mula kehidupan cerita kamu.
Premis = Karakter Utama +
Tujuan + Halangan
Contoh
: Dion lelaki cemen ingin menjadi penyiar, tetapi dia orangnya datar.
Karakter utama : Dion
lelaki cemen
Tujuan
: Menjadi penyiar
Halangan
: Tetapi dia orangnya datar
Gitu
sih gambaran sederhananya. Dari kalimat sederhana itu, kalo imajinasi lu
lumayan ‘liaaar’ pasti lu bisa kembangkan jadi cerita yang ‘gemuk’.
Rencana
awal, saya bakal menyelesaikan naskah ini dalam waktu 3 bulan. Kenyataannya ?
Luar biasa molor.... 6 bulan baru selesai. Alasannya banyak, mulai dari sibuk
ngerjain tugas kuliah, sibuk kerjaan, kepotong lebaran, dan sibuk mikirin
kamuuuuuu.... *eh
Tadinya
naskah ini bakal cukup 70 halaman saja. Eh, setelah saya kasih page number tau-tau dapet 132 halaman.
Mungkin waktu itu saya kesetanan nulisnya... Sempet khawatir, ini naskahnya
bakal diterima gak yah kalo ceritanya kelebihan begini. Saya khawatir, soalnya
penerbit incaran saya untuk kriteria naskah komedi Cuma 70-100 halaman.
Yang
jelas selama proses penyusunan naskah ini saya banyak menemukan hal-hal baru
yang patut dipertimbangkan untuk dimasukan ke dalam cerita. Kabar baiknya.. ini
cukup membantu untuk mengembangakn cerita dalam naskah ini.
Pertengahan
bulan oktober saya berhasil menyelesaikan naskah ini, dan saya beri judul
Penyiar Kesasar. Waktu itu saya punya konsep dan sudut pandang tersendiri
kenapa judulnya penyiar kesasar.
Sebelum
naskah dikirim ke penerbit, terlebih dahulu saya lakukan proses editing. Total ada 4 kali saya melakukan
editing naskah ini. Saat pertama
kali, editing berjalan lambat karena
naskah yang saya tulis masih sangat kasar. Disitu saya belajar bahwa naskah
yang baru selesai ditulis adalah naskah yang paling kasar/jelek. Artinya perlu
dihaluskan biar enak dibaca. Editing kedua masih lumayan lama juga,
kadang masih menemui banyak kalimat yang belum ‘renyah’ buat dibaca. Editing ketiga sudah agak mendingan,
sekarang bukan lagi editing ceritanya,
tapi lebih ke tanda bacanya. Seperti titik, koma, tanda seru, tasydid, fatah,
sukun.. *lah
Editing keempat
lebih ke finishing touch sebelum
dikirim ke penerbit. Saat itu udah mantap dan siap kirim ke penerbit. Lalu awal
bulan November saya kirim naskah ini ke Penerbit. Alhamdulillah, akhir bulan November saya dapat kabar naskahnya
diterima.
Yeeeeh buku saya terbit
!!
*histeris
sambil pipis di celana*
Jadi gak pake nunggu 3
bulan saya dapat kabar baik ini. Bejo
banget lik...
Saat naskah saya fix diterima di penerbit
akhirnya ada yang harus direvisi dari naskah ini.
Apa itu Yon..?
Judul.
Ya juduuuul... judulnya harus diganti.
Kenapa harus diganti..?
Ternyata
judul ‘Penyiar Kesasar’ dianggap kurang dekat dengan pembaca. Apalagi target
pembaca buku saya ini adalah ababil SMP dan SMA. Akhirnya, pihak penerbit pun
harus gonta-ganti, bongkar pasang, jungkir balik, salto tiga kali, dan lompat
melalui lingkaran api untuk menemukan judul yang pas.
Lalu
ditemukanlah sebuah judul bernama ‘Jomblosaurus’
*penuh
dengan cahaya*
Waooow.. Jomblosaurus.
Kenapa Jomblosaurus Yon judulnya ?
Jujur,
itu adalah pertanyaan yang paling banyak orang tanyakan di social media. Bahkan
saking penasarannya ada yang sampai nanya gini : “Bang itu buku nyeritain tentang jomblo atau dinosaurus ?”
Denger
pertanyaan kayak gitu saya kesel. Dan saya jawab dengan tegas : “Dua-duanya Nyeeet !! disitu bercerita
seorang pemuda Jomblo yang akhirnya kawin sama dinosaurus, karena tidak kunjung
menemukan pasangan manusia yang pas !!”
Becanda,
becanda, becanda.... intinya kenapa judulnya Jomblosaurus. Karena di dalam buku
ini cerita jomblonya sudah kelamaan. Saking lamanya seakan-akan jomblonya sudah
menjadi fosil, sama kayak Dinosaurus. Nah jadilah Jomblosaurus....! Gitu..
Judul
jomblosaurus lebih kece kan daripada jomblo bangkotan ?! Cc: yang jomblo.
Genrenya apa Yon..?
Genrenya
komedi personal literatur, biasa juga
dikenal dengan komedi pelit atau non-fiksi komedi. Artinya.... semua yang ada
di buku ini adalah pengalaman-pengalaman saya. Sejenis lah sama buku-buku
seperti Kambing Jantan, Skripshit, Idol
Gagal, Analogi Cinta Berdua, Catatan Dodol Anak Kos, dll.
Udah
segini dulu saja yah ngomongin Jomblosaurus-nya. Kalau penasaran dan pengin
tahu lebih banyak isinya, besok kalau sudah terbit beli dan borong bukunya. Insyaallah dapat pahala...
Sekian
dulu, jangan lupa postingan minggu
depan : #Seri2 Ngomongin proses menembus
penerbit. Pantengin terus blog ini ya..
See
u next post...
wwowww. amazing.. !!!
BalasHapus