Banda
Neira. Siapa sih yang gak tahu band indie beraliran folks yang satu ini. Kalau
kamu serius beneran gak tahu, berarti ada yang salah dengan selera musikmu.
Oke,
maaf saya mengawali postingan ini dengan cukup provokatif. Harap maklum jika
saya emosional, soalnya Band yang akan saya review kali ini sudah bubar. Iya,
kayak hubungan kita.
*skiiiiip*
Sekilas
info aja buat lu yang masih belum tahu Banda Neira. Banda Neira adalah sebuah
proyek musik iseng yang digarap dengan serius. Band ini hanya digawangi oleh
dua orang: Ananda Badudu & Rara Sekar. Dianggap proyek main-main, karena
band ini awalnya hanya sebagai kegiatan selingan disela-sela kesibukan Ananda
Badudu yang merupakan wartawan Tempo dan Rara Sekar yang aktif di LSM.
Menarik
ketika Banda Neira sebagai sebuah proyek iseng ternyata memiliki lagu-lagu
dengan lirik berkualitas. Iseng tapi hasilnya berkuaitas. Iya, gak kayak kita
ya... udah serius tapi hasilnya nihil.
*delete
scene*
Selama
Banda Neira eksis, banyak lagu-lagu yang sudah mereka ciptakan. Puisi-puisi
legendaris yang mereka lagukan juga semakin menempatkan Banda Neira ke dalam
jajaran Band yang tidak pernah main-main untuk urusan lirik.
Menurut
saya, yang menarik dari Banda Neira adalah lagu-lagunya tidak melulu
‘menjelmakan’ diri sebagai ‘remaja’ yang dimabuk cinta. Tapi kadang juga ‘menjelma’
menjadi seorang ‘sahabat’, kadang juga menjadi ‘orang tua’ yang merindukan
anaknya. Bahkan juga ‘menjelma’ sebagai sepasang kekasih yang menua bersama –
sampai jadi debu. Singkat kata, lagu-lagu Banda Neira seperti gambaran fase
hidup manusia, yang secara tidak langsung membuat Band ini memiliki pangsa
pasaran yang luas. Hahaha.
###
Berikut
ini adalah lagu-lagu Banda Neira yang paling sering saya dengarkan:
#Hujan
di Mimpi
Lagu
yang satu ini agak telat masuk di playlist saya dibanding dengan
lagu-lagu Banda Neira yang lain. Sentuhan musiknya khas Banda Neira banget.
Permainan petikan gitar dan dua vokal Ananda Badudu dan Rara Sekar yang saling
mengisi semakin membuat lagu ini begitu menghanyutkan. Terutama untuk mereka
yang mulai jatuh cinta.
“Semesta
bicara tanpa bersuara.
Semesta
ia kadang buta aksara.
Sepi
itu indah... percayalah.
Membisu
itu... anugerah.
Seperti
hadirmu di kala gempa.
Jujur
dan tanpa bersandiwara.
Teduhnya
seperti hujan di mimpi.
Berdua
kita berlari.”
#Utarakan
Adalah
salah satu lagu dari Album Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti. Di lagu ini
hanya ada vokal dari Ananda Badudu. Mungkin semacam perwakilan dari semua
kegalauan kaum adam – utarakan. Lagu yang mengajak kita untuk jujur mengatakan
apa yang tengah kita rasakan. Meskipun kadang mengutarakan sesuatu tidak
semudah yang kita bayangkan.
“Dan
hari ini takkan kau menangkan.
Bila
kau tak berani mempertaruhkan.
Walau
tak semua tanya datang beserta jawab.
Dan
tak semua harapan terpenuhi.
Ketika
berbicara juga sesulit diam.
Utarakan...
utarakan... utarakan.”
#Ke
Entah Berantah
Mungkin
ini lagu Banda Neira yang pertama kali saya dengar. Gegara salah satu radio
terlalu sering memutar lagu ini. Lagu yang ketika pertama kali mendengarkannya,
saya butuh waktu berkali-kali untuk mencerna liriknya.
“Dan
kawan.
Bawaku
tersesat ke entah berantah.
Tersaru
antara nikmat atau lara.
Berpeganglah
erat, bersiap terhempas ke tanda tanya.”
#Esok
Pasti Jumpa (Kau Keluhkan)
Selanjutnya
lagu ini juga beberapa kali coba saya dengarkan berulan-ulang. Pilihan kata
dalam liriknya membuat saya untuk terus menerus menekan tombol repeat.
Lagu yang mewakili jiwa-jiwa sepi yang menangung terlalu banyak rindu. Sebut
saja, ini adalah lagu kebangsaannya kaum LDR. Sabar ya... esok pasti jumpa.
“Kau
keluhkan sunyi ini tanpa ada yang menemani.
Kau
keluhkan risau hati yang tak kunjung berhenti.
Rasa
itu kau rindu.
Dan
kau inginkan tuk segera tiba.
Dan
kembali bermimpi.
Hanyut
dalam hangatnya pelukan cahaya matahari.”
#Rindu
Adalah
sebuah musikalisasi dari puisi Subagio Sastrowardoyo. Juga salah satu lagu yang
saya dengarkan lebih awal daripada lagu-lagu lain. Sebagai sebuah sunatulloh
rasanya rindu tidak pernah membuat kita baik-baik saja. Bener gak ?
“Rumah
kosong.
Sudah
lama ingin dihuni.
Adalah
teman bicara.
Siapa
saja atau apa.
Jendela,
kursi, atau bunga di meja.
Sunyi.
Menyayat
seperti belati.”
#Di
Beranda
Mungkin
ini lagu Banda Neira yang paling dewasa – just in my opinion. Lagu yang
membuat saya mengingat bagaiman kedua orang tua saya mengkhawatirkan anaknya
dengan berlebihan. Kadang menyadarakan, mungkin kelak saya pun akan demikian.
Kita tidak pernah tahu, mungkin banyak hal-hal yang saat muda sangat kita benci
seperti dikekang dan kelak diam-diam akan kita terapkan juga kepada anak-anak
kita. Percaya ? Tinggal tunggu waktunya saja. Selamat menua...
“Usahlah
kau pertanyakan kemana kakinya kan melangkah.
Kita
berdua pasti tahu, dia pasti pulang ke rumah..”
#Yang
Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti
Mungkin
ini salah satu lagu yang paling nge-hits di kalangan anak muda penikmat Banda
Neira. Judul yang cukup emosional bagi kalangan depresif yang baru saja ditimpa
patah hati, kehilangan, atau semacamnya. Lagu ini recomended banget untuk
siapa saja yang sudah tidak memiliki figur seorang teman untuk sekedar
menyemangati pasca patah hati. Lagu ini adalah penghibur diri yang bermartabat.
Lagu ini menjual mimpi yang secara terang-terangan kita amini. Akui saja!
“Yang
hancur lebur akan terobati.
Yang
sia-sia akan jadi makna.
Yang
terus berulang suatu saat henti.
Yang
pernah jatuh kan berdiri lagi.
Yang
patah tumbuh, yang hilang berganti.”
#Derai-derai
Cemara
Lagu
kesekian dari Banda Neira yang merupakan proyek musikalisasi puisi. Adalah puisi
legendaris Chairil Anwar, Dera-derai cemara (1949). Sebut saja, Banda Neira
berhasil membuat musikalisasi yang lues untuk puisi se-legend ini.
Semacam ikut merasakan kegetiran Chairil Anwar diakhir hidupnya.
“Cemara
menderai sampai jauh.
Terasa
hari akan jadi malam.
Ada
beberapa dahan di tingkap merapuh.
Dipukul
angin yang terpendam.”
#Sampai
Jadi Debu
Lagu
penutup, yang mewakili alur hidup dari lagu-lagu Banda Neira. Sampai jadi debu,
diam-diam membuat kita berharap dapat memilih orang yang tepat untuk bisa menua
bersama.
“Tiap
pagi menjelang, kau di sampingku.
Ku
aman ada bersamamu.
Selamanya.
Sampai
kita tua.
Sampai
jadi debu.”
###
Singkat
kata, postingan ini saya dedikasikan untuk Banda Neira yang sudah menyehatkan
telinga saya. Lebih dari itu, terima kasih sudah mengajarkan saya merayakan
jatuh cinta dengan sederhana dan mengikhlaskan patah hati dengan bijaksana.
Salam...
setuju, saya pribadi lebh ingin seseorang yang bisa menghabiskan masa tua bersama dibanding seseorang yang sempurna
BalasHapus