Gak
kerasa, tahun 2016 sudah akan berlalu. Perasaan belum lama perayaan tahun baru
2016-nya, sekarang sudah main akhir tahun aja. So far, tua gak kerasa ya.
Di
tahun 2016 produktivitas saya di blog ini menurun drastis. Saya seperti
kehabisan tenaga untuk meluangkan waktu menulis. Banyak alasan yang membuat
saya tidak se-produktif dulu. Well, saya sedang tidak ingin membahas
keterpurukan postingan saya di blog ini. Melainkan saya ingin mengingat kembali
apa yang sudah saya lakukan selama tahun 2016 ini. Bukan untuk berjumawa ria,
bukan juga untuk ber-riya ria. Tapi untuk renungan saya pribadi, supaya bisa
lebih baik lagi di tahun 2017.
Postingan
ini berawal dari video bikinan facebook yang saya lihat beberapa waktu
yang lalu saat saya baru log-in via PC. Video yang sekilas isinya menampilkan
foto-foto saya selama setahun. Meskipun durasi videonya lebih terlihat seperti
video bokep daripada video kaleidoskop. Tapi jujur, siapa yang menyangka durasi
video sependek itu bakal bisa membuat saya merenung sangat lama, dan memaksa
saya untuk kembali dan kembali untuk terus memutar videonya. Harus saya akui, facebook
adalah media sosial yang paling memorable. Meskipun di satu sisi
juga terlihat kurang kerjaan. Tapi tetap saya harga itu.
Bisa
dibilang tahun ini tahun yang paling berwarna buat saya. Tapi juga tahun yang
berat. Kita awali dari awal tahun ini, saat saya terpilih menjadi ketua komunitas
@StandUpIndoKBM. Menjadi ketua komunitas ini ternyata membuat saya mendapatkan
banyak sekali pengalaman yang mungkin tidak akan saya temukan di tempat lain.
Hampir selama setahun, saya berusaha menjaga komunitas ini tetap solid. Sayangnya
itu tidak mudah. Karakter anggota komunitas yang beragam membuat saya harus
memutar otak lebih keras supaya semuanya berjalan baik-baik saja. Sempat muncul
komunitas ‘sempalan’ semakin membuat saya cukup emosional. Semangat anak-anak
untuk tetap memiliki mood yang baik untuk open mic juga menjadi
pekerjaan rumah yang terus coba saya pecahkan. So far, hasilnya cukup
memuaskan. Beberapa event bisa kami eksekusi dengan baik. Sebut saja Kebumen
Nggambleh, Nggedebus #2, & Kompetisi Stand Up Comedy Kebumen
2016, adalah bukti bahwa kami baik-baik saja.
Semua
event-event itu memiliki kesan-kesannya sendiri. Kebumen Nggambleh
bisa dibilang jadi panggung terbesar dengan jumlah penonton terbanyak untuk
saya sebagai local comic. Nggedebus #2, jadi event pertama saya sebagai
orang yang bekerja keras di balik layar. Ternyata jadi orang di balik layar
puasnya gak kalah dengan orang yang tampil di depan. Dan... Kompetisi Stand
Up Comedy Kebumen 2016, jadi salah satu event yang paling menantang
buat saya yang lagi-lagi sebagai tim di balik layar. Ritme hiburan stand up
yang sedang menurun menjadi tantangan tersendiri untuk menggelar event ini.
Tapi, hasil tidak pernah membohongi jerih payah kami. Event tersebut
berhasil mengundang banyak peserta dari berbagai daerah untuk datang berkompetisi
ke Kebumen. Manis sekali.
Tahun
2016 buat saya juga bisa dibilang sebagai tahunnya kegiatan sosial. Saya yang
kebetulan menjadi salah satu tim penggerak di Perpustakaan Desa memaksa saya
untuk membuat banyak kegiatan yang bisa mengundang banyak orang untuk datang ke
Perpustakaan. Salah satu caranya adalah dengan membuat kegiatan pelibatan
masyarakat yang berwujud pelatihan keterampilan.
Tugas
itu sedikit banyak juga menguras energi saya untuk berpikir keras untuk
menentukan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat
diterapkan pasca latihan. Keterbatasan anggaran juga menjadi tantangan
tersendiri. Dan dengan anggaran yang minim saya dibebani kegiatan paling tidak
2 jenis kegiatan setiap bulannya. Hmm.. sekali bukan.
Hasilnya,
ya begitulah. Ada lah... beberapa kegiatan yang susah payah bisa saya kerjakan.
Lalu siapa yang menyangka dari membuat kegiatan-kegiatan itu ternyata ada
beberapa orang yang merasa sangat beruntung dan mengembangkan keterampilan yang
mereka dapat saat pelatihan. Mendengar itu rasanya kelelahan saya terbayar
lunas sudah. Tapi cerita tidak berhenti sampai di situ. Berkat
kegiatan-kegiatan itu pula saya terbang ke Jakarta untuk beberapa hari
merasakan gaya hidup orang jet set. Lalu beberapa minggu kemudian
terbang ke Makassar untuk misi yang tidak jauh berbeda.
Selama
perjalanan itu saya bertemu dengan banyak orang hebat. Orang-orang yang siap ‘menumbalkan’
dirinya untuk memajukan bangsa. Rasanya itu jadi perjalanan yang paling mahal
dan berkesan yang mungkin akan sulit saya ulang di tahun depan.
Lalu...
di tahun ini juga, akhirnya saya bisa menyelesaikan naskah buku kedua yang
cukup menguras banyak waktu, tenaga, dan pikiran saya. Saking lamanya saya menulis
naskah ini, saya sampai lupa kapan pertama kali saya memulainya. Harus saya
akui ini naskah yang cukup sulit untuk diselesaikan. Mencoba move on dari
gaya penulisan buku pertama ternyata susah. Sampai di sini saya sadar, ternyata
move on dari kamu lebih mudah daripada move on dari gaya tulisan
lama.
*eh...
duh
Sialnya
adalah buku ini selesai ditulis saat kondisi pasar buku nasional sedang kurang
baik penjualannya. Hal ini terlihat dari banyaknya penerbit yang mengurangi
terbitan bukunya untuk genre tertentu. Bahkan penerbit yang menerbitkan
buku pertama saya sekarang entah gimana kabarnya. Saya pun sempat corcol dengan
teman penulis di negeri seberang. Akhirnya saya disarankan untuk tetap
mengirimkan naskah ke beberapa penerbit, itung-itung iseng-iseng berhadiah. Sebagai
teman yang baik akhirnya saya pun mengirimkan naskah ini.
Tapi
sebelum mengirimnya, saya menunjuk dua orang untuk menjadi first reader naskah
saya. Sebut saja @Sila_ & @Faqih, mereka saya pilih karena memiliki sudut
pandang yang berbeda terhadap sebuah tulisan. Dan... penilaian mereka sesaat
setelah membacanya, semakin membuat saya percaya kalau naskah saya ada harapan.
Siapa yang menyangka ‘cabe-cabean’ seperti @Sila_ bakal meneteskan air matanya
saat sampai di bab terakhir, dan siapa yang menyangka orang se-kaku @Faqih bisa
tertawa lepas. Kadang sampai di situ saja saya sudah puas, meskipun pada
akhirnya buku ini mungkin tidak diterbitkan secara nasional.
Hemm...
hal-hal di atas mungkin yang paling membuat tahun saya di 2016 sangat berwarna.
Meskipun sebenarnya masih banyak hal-hal lain yang juga sangat mempengaruhi
saya secara pribadi di tahun ini. Sebut saja seperti saya yang harus melalui
satu tahun secara penuh tanpa sosok seorang ayah, saya yang semakin kompak dan
dekat dengan ibu, saya yang bertemu dengan seorang perempuan yang merubah sudut
pandang saya tentang cinta dan harapan, dan saya yang memutuskan secara sadar
untuk berhenti menjadi stand up comedy-an. Lalu yang saya tidak habis
pikir adalah memiliki masa lalu yang menganggap semua tulisanku di social
media adalah untuknya. Hemm.
Singkat
kata, segala puji bagi Allah untuk tahun 2016 ini. Banyak doa-doa yang baik
untuk tahun yang baru, baik itu untuk aku maupun untuk kamu.
nice, move on ke hari yang lebih baik, diri yang lebih baik :)
BalasHapus