Gaes,
ketemu lagi ya. Alhamdulillah sudah masuk tahun 2016 ya. Gimana nih kabarnya,
baik ? baik. Sehat ? sehat. Jomblo ? tetep.
Ciyan...
Postingan
pertama saya di tahun ini bakal ngomongin film lokal yang sebenernya dah lama
rilis. Dan jika di tahun 2016 ini masih dibahas, memang blog ini kurang kerjaan
banget kali ya. Tapi saya mengulas film yang satu ini bukan tanpa alasan.
Pertama, karena film ini hits banget. Kedua, filmnya gak ngebosenin. Ketiga,
memang lagi gak ada bahan film lain buat di review di blog ini. Kzl ! Zbl !
Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck adalah sebuah film yang diangkat dari novel legendaris
karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan Buya
Hamka.
Buat
yang belum tahu, saya kasih tahu. Intinya novel ini bercerita tentang persoalan
adat yang berlaku di Minangkabau dan perbedaan latar belakang sosial yang
menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian.
Maap ya udah spoiler buat yang belum pernah baca dan nonton film ini. Lagian
kemana aja lu, sampai sekarang masih belum nonton filmnya. Kebanyakan nonton
film Jepang sih lu !!!
Saya
pribadi suka banget sama film ini. Pertama, karena saya sudah dibuat terpikat
sama novelnya sebelum film ini rilis. Kedua, filmnya menurut saya sukses
mengeksekusi setiap adegan di dalam novelnya dengan baik. Ketiga, saya orangnya
baperan.
Oke fix, kayaknya poin yang ketiga sudah tidak perlu
dijelaskan, dari mukanya sudah kelihatan kok.
Di
postingan review film kali ini saya mencoba berbeda dengan review sebelumnya.
Saya mau fokus membahas adegan paling epik dari film ini. Kalau kalian sudah
menontonnya pasti tahu pas adegan apa. Yups, saat adegan Zainudin (Herjunot
Ali) sedang ‘mengusir’ Hayati (Pevita Pearce). Itulah adegan terbaik dan penuh
emosional dari film ini. Saking terbaiknya, banyak penikmat film yang hafal
dengan dialog-dialog Zainudin. Begitu juga saya, hafal diluar kepala. Padahal
tanggal lahir kamu aja aku nggak hafal loh. (Apaan sih !!)
Bahkan
ada teman saya yang saking sukanya sama adegan ini, dia selalu
mengulang-ngulang adegan Zainudin marahin Hayati saat dia menonton film di
laptopnya. Saya pikir, kayaknya semua cowok di Indonesia suka deh sama adegan
ini. Maka dari itu saya meyakini bahwa dari film Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck kita (cowok) bisa belajar gimana cara marahin cewek dengan telak.
Postingan
ini bukan untuk mengajarkan kekerasan, bukan. Bagaimanapun juga cewek adalah
mahluk yang perlu dikasihi. Tapi jika cewek yang perlu dikasihi ternyata tidak
mengkasihi kita, maka sebagai cowok kita harus punya ‘ancang-ancang’ pembelaan
jika kita (cowok) diperlakukan tidak adil oleh cewek. Atau dalam istilah
ilmiahnya, saat kita jadi korban PHP mereka. Zainudin saja yang dikenal sebagai
penyair termasyhur dan berbudi baik, marah luar biasa saat jadi korban PHP
Hayati. Apalagi kita yang berbudi... ah sudahlah ini.
Mari
kita lihat dialog Zainudin vs Hayati:
Zainudin:
“Maaf ? Kau regas, segenap pucuk
pengharapanku kau patahkan, kau minta maaf ?”
Hayati:
“Mengapa engkau telah menjawab sekejam itu
kepadaku, Zainudin? Lekas sekalikah pupus dari hatimu keadaan kita? Jangan kau
jatuhkan hukuman kepadaku hukuman yang begitu ngeri! Kasihanilah seorang
perempuan yang ditimpa celaka beganti-ganti ini.”
Zainudin:
“Ya, demikianlah perempuan, dia hanya ingat
kekejaman orang kepada dirinya, walaupun kecil, dan dia lupa kekejamannya
sendiri kepada orang lain walaupun bagaimana besarnya.”
Hayati:
“Zainudin... itukah keputusan yang engkau
berikan kepadaku... saya perlu dekat kau.”
Zainudin:
“Pantang pisang berbuah dua kali. Pantang
pemuda makan sisa!”
Hayati
kalah telak, ciyan. Gimana dialognya, sangar kan ? Sangar lah. Maap ya,
beberapa ada yang dipotong-potong biar situ tahu aja sih mana yang paling
nonjok.
Nah,
mulai saat ini kita bisa marahin cewek dengan dialog Zainudin kalau misalnya
kita beneran di-PHP-in. Misalnya nih amit-amit jabang bayi beneran kejadian
dalam hidup kita, gebetan nge-PHP-in kita.
Gebetan:
Maaf yah baru bisa ketemuan. Kemarin-kemarin
aku lagi sibuk banget bikin proposal penelitian sama Sarimin. Terus...
kemarinnya lagi, aku sibuk nyari referensi sama Supri. Maaf ya...
Kita:
“Maaf ? Kau regas, segenap pucuk
pengharapanku kau patahkan, kau minta maaf ?”
Gebetan:
“Kok galak banget sih. Jelek tau. Galak
banget sih sama aku sekarang. Apa kamu gak kasian sama aku yang lagi dapet
cobaan skripsi bertubi-tubi ini ?”
Kita:
“Ya, demikianlah perempuan, dia hanya ingat
kekejaman orang kepada dirinya, walaupun kecil, dan dia lupa kekejamannya
sendiri kepada orang lain walaupun bagaimana besarnya.”
Gebetan:
Kok seperti itu. Kalo boleh jujur, ternyata
Sarimin dan Supri gak seasik kamu loh. Aku nyaman sama kamu kok..”
Kita:
“Pantang pisang berbuah dua kali. Pantang
pemuda makan sisa!”
Kalau
kalian beneran menjawab dialog gebetan seperti itu. Dapat dipastikan gebetanmu
bakal sedih, mewek, nyesel, diem, mikir, dan dalam hati berkata “Ini si Kampret dari tadi ngomong apa sih
?!”
Seperti
itulah kira-kira pelajaran yang bisa kita petik dari film yang menghabiskan
dana milyaran rupiah ini. Kita jadi bisa marahin cewek yang nge-PHP-in kita
dengan memperjuangkan harga diri dan hak-hak kita dari kejatahan PHP yang belum
diakui negara.
Kita
cowok juga punya hak untuk bahagia dan dicinta.
Sekian dari saya... Dion
(Ketua Komnas Perlindungan Cowok Korban PHP
hahaha...keren bro.bisa di coba tu.
BalasHapus